Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan bisa ekspor jagung 150.000 ton pada Maret dari Gorontalo. Jumlah tersebut sama dengan jagung yang akan diimpor Perum Bulog.
Melalui video conference untuk mengisi acara diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Andi Amran meminta agar pemerintah daerah Gorontalo dapat meningkatkan jumlah ekspor jagung pada tahun ini. Pada 2018 Gorontalo mampu mengekspor 113.000 ton jagung.
"Saya minta ekspor jagung ini ditingkatkan hingga 150 ribu ton di tahun 2019," katanya pada Rabu (30/1). Amran optimistis Gorontalo bisa memenuhi keinginannya sebab dari total ekspor jagung nasional 360.000 ton pada 2018, mereka sudah menyumbang 31%.
Pria berkulit legam itu menegaskan sudah berhasil menekan impor jagung sampai dengan 900.000 ton. "Lalu pada 2017 kita stop impor, kita ubah jadi ekspor 380 ribu ton termasuk dari Gorontalo. Ini luar biasa," jelas Amran.
Tahun 2019 ini, lanjutnya, bisa kembali meorehkan catatan ekspor jagung yang diprediksi akan dilakukan bulan Maret. Namun dia juga berjanji akan mendorong ekspor untuk komoditas lain seperti kopra dan kelapa muda yang menjadi andalan daerah.
Produksi jagung Gorontalo diorientasikan untuk ekspor karena biaya pengiriman ke Jawa itu lebih mahal dibandingkan ke Filipina. Oleh sebab itu mulai tahun ini Kementan akan mendorong Pemprov berperan dengan membangun gudang penyimpanan (buffer storage) untuk menyerap surplus produksi pada waktu puncak panen, dan menyimpannya untuk dilepas kembali pada waktu produksi menurun.
Selain itu, dua dari tiga investor jagung yang menanamkan modalnya pada 2018 telah mengantungi izin untuk beroperasi. Adapun ketiga investor tersebut adalah PT. Citrabuana Inti Fajar, PT. Mayestik Firma Inti dan PT. Putra Rajawali.
Kementerian Pertanian mencatat nilai investasi yang digelontorkan oleh ketiga investor mencapai Rp1,68 triliun. Setidaknya dengan modal tersebut bisa menyerap tenaga kerja langsung sejumlah 12.000 orang dan tenaga kerja tidak langsung 36.000 orang.
Ketiga investor diperkirakan membutuhkan lahan seluas 16.000 hektare dengan potensi tambahan produksi jagung mencapai 64.000 ton/tahun.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan PT. Citrabuana Inti Fajar (CIF) dan PT. Mayestik Firma Inti (MFI) mengintegrasikan antara produksi jagung dan sapi, sedangkan PT. Putra Rajawali (PR) murni untuk memproduksi jagung semata.
"CIF akan mengintegrasikan sapi dengan jagung di Riau. MFI juga mengintegrasikan sapi dengan Jagung di Timor Tenggara Utara. Sementara PR dulu mendapat alokasi lahan tanam jagung di Kalimantan Timur, tapi akan dipindahkan," pungkasnya.