Bisnis.com, SEMARANG -- Pemerintah mengklaim berhasil menekan impor jagung secara nasional, dari 3,6 juta ton pada 2014 menjadi 180.000 ton pada 2018.
Presiden Joko Widodo menyampaikan pemerintah sangat serius mengembangkan sektor pertanian.
"Turunnya angka impor jagung lebih dari 3,4 juta ton membuktikan bahwa pemerintah sangat serius mengembangkan sektor pertanian," tegasnya di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019).
Jokowi menekankan bahwa keberhasilan penurunan angka impor jagung harus dibarengi dengan pengaturan harga yang sesuai.
"Jangan sampai ada harga jatuh akibat panen jagung yang melimpah. Saya mewanti-wanti ini," ucapnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan jagung impor didatangkan dari Argentina. Di sisi lain, Indonesia juga mengekspor 380.000 ton jagung.
Dia menerangkan naiknya produksi pertanian turut didukung adanya asuransi terhadap lahan pertanian, sehingga jika terjadi bencana alam maupun kecelakaan bisa ditanggung oleh asuransi. Adapun besaran biaya asuransi pertanian tersebut adalah antara Rp6 juta-Rp7 juta per hektare (ha).
"Meningkatnya produksi pertanian salah satunya karena adanya asuransi pertanian. Jadi para petani tidak ragu untuk menanam tanaman mereka," ujar Amran.
Di sisi lain, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan luasan sawah pertanian yang ada di Jateng mencapai 980.000 ha. Dengan total lahan tersebut, Jateng masih memerlukan tenaga penyuluh pertanian sebanyak 3.700 orang.
Namun, masih ada pekerjaan rumah yang mesti digarap bersama, yakni pembenahan sistem pertanian.
"Data pertanian kita makin terdata dengan baik, menggunakan teknologi informasi berapa lahan yang kita miliki, tanam apa, kapan sampai panen di Jateng, kita sudah tahu. Nanti, penyuluh akan sedikit ada pekerjaan tambahan dengan memperhatikan sisi ekonomi karena harus mengetahui, kapan, ke mana, dan berapa harus menjual komoditas," paparnya.