Bisnis.com, JAKARTA — Pebisnis sektor tekstil dan produk tekstil (TPT), perikanan serta otomotif RI meyakini pakta Indonesia—Korea Selatan CEPA akan meningkatkan skala bisnis dan ekspor mereka.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat memperkirakan, IK CEPA akan menghilangkan defisit neraca perdagangan TPT dengan Korsel. Pasalnya, selama ini produsen TPT Indonesia kesulitan untuk masuk ke pasar Negeri Ginseng.
“Kita selama ini lebih banyak impor pakaian dari Korsel, terutama untuk produk-produk fesyen branded. Di sisi lain, kita kesulitan ekspor produk TPT dan garmen ke Korsel karena bea masuknya tinggi. Padahal, pasar untuk TPT kelas menengah di sana sangat besar,” jelasnya, Selasa (19/2).
Menurut data yang dimilikinya, pada tahun lalu impor tekstil dari Korsel mencapai US$2 miliar atau terbesar kedua setelah China. Sementara itu, pada periode yang sama, ekspor TPT Indonesia hanya mencapai US$200 juta.
Dia memperkirakan, dengan adanya pembebasan bea masuk TPT di Korsel, ekspor Indonesia terhadap produk itu akan meningkat ke atas US$2 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengatakan, dengan adanya pembebasan bea masuk IK CEPA, ekspor perikanan Indonesia dapat tumbuh melebihi 5%. Adapun, komoditas yang paling diminati oleh Negeri Ginseng selama ini adalah udang dan bandeng.
Baca Juga
“Potensi ekspor ke Korsel cukup besar. Konsumsi ikan mereka lumayan besar dan bisa jadi peluang bagi kami, ” ujarnya
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan, industri sektor otomotif akan sangat terbantu dengan adanya IK CEPA. Menurutnya, Indonesia dapat menggenjot ekspor dari sisi komponen kendaraan bermotor.
Di sisi lain, lanjutnya, Indonesia dapat memanfaatkan IK CEPA untuk menarik minat investasi sektor otomotif ke dalam negeri.
“Dari sisi teknologi otomotif, Korsel sangat bagus. Harapan kami, Indonesia bisa menjadi basis produksi mereka untuk produk-produk otomotif tingkat tinggi. Bukan tidak mungkin juga Korsel akan berminat memproduksi mobil self-driving di negara kita,” ujarnya.