Bisnis.com, JAKARTA -- Krisis ekonomi yang masih berlanjut menempatkan Venezuela sebagai negara paling menderita di dunia.
Bloomberg Misery Index, yang mengukur tingkat kesengsaraan suatu negara dilihat dari outlook tingkat inflasi dan angka pengangguran, menyebutkan inflasi Venezuela diproyeksi mencapai 8.000.000 persen pada 2019. Dilansir dari Bloomberg, Kamis (18/4/2019), tahun ini juga menjadi kelima kalinya berturut-turut bagi negara Amerika Selatan itu menduduki posisi tersebut.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil mendorong jutaan warga Venezuela eksodus ke luar negeri demi mencari pekerjaan dan mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok, terutama ke negara-negara tetangga seperti Kolombia dan Brasil. Situasi itu diperparah dengan gejolak politik antara pihak oposisi yang dipimpin Juan Guaido dan pemerintah yang dipimpin Presiden Nicolas Maduro.
Sementara itu, Thailand berhasil mempertahankan gelar sebagai negara yang paling tidak sengsara pada tahun ini. Negeri Gajah Putih bahkan mengalahkan Swiss dan Singapura, yang masing-masing menduduki posisi kedua dan ketiga.
Adapun Indonesia berada di peringkat 24, lebih baik dari Arab Saudi dan Filipina. Dua negara yang disebut terakhir masing-masing menjadi negara paling sengsara ke-10 dan ke-22.
"Sebagian besar kebijakan yang diambil pemerintah negara-negara di dunia menghadapi tantangan yang sangat berbeda pada tahun ini, yakni kombinasi antara inflasi dan tingkat pengangguran yang sama-sama rendah, yang membuat analisis data atas kesehatan ekonomi serta respons yang terkait atasnya menjadi rumit," demikian disampaikan dalam laporan itu.
Indeks ini mengacu pada konsep lama, yaitu bagaimana inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran menggambarkan seberapa baik warga suatu negara menilai keadaan mereka.
Di bawah Venezuela, secara berturut-turut adalah Argentina, Afrika Selatan, Turki, Yunani, dan Ukraina. Seluruhnya menempati ranking yang sama dengan tahun lalu, sehingga menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang tinggi, belum berhasilnya upaya menahan kenaikan harga, serta kesulitan memangkas tingkat pengangguran.
Tahun ini, skor yang didapat didasarkan pada survei ekonom-ekonom Bloomberg. Adapun pada tahun-tahun sebelumnya, skor yang diberikan merefleksikan data aktual.
Para ekonom yang disurvei Bloomberg melihat tahun ini, akan ada penurunan angka inflasi dibandingkan realisasi 2018, di hampir separuh dari 62 negara yang diteliti. Di sisi lain, sebagian besar ekonom memperkirakan adanya penyusutan jumlah pengangguran.