Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan eksportir menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus memacu program misi dagang ke mitra-mitra dagang nontradisional pada semester II/2019, agar target perbaikan kinerja perdagangan dapat tercapai.
Sekadar catatan, pada paruh kedua tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah memetakan sejumlah negara tujuan misi dagang, a.l. Turki, Selandia Baru, Nigeria, Gambia, Kazakhstan, Azerbaijan, Korea Selatan, dan Mesir.
Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono memperkirakan, misi dagang yang ditujukan ke mitra-mitra dagang nontradisional tersebut belum tentu membuahkan kenaikan ekspor (khususnya nonmigas) yang signifikan bagi Indonesia.
“Misi dagang ke negara tradisional bisa menjadi jalan pintas untuk kondisi darurat ekspor seperti saat ini. Kuncinya di intensifikasi dan ekstensifikasi promosi dalam misi dagang ke negara mitra tradisional. Sebab, kalau yang dituju negara-negara nontradisional, kecenderungannya nilai transaksi yang didapat akan sangat kecil,” jelasnya kepada Bisnis.com, Minggu (28/7/2019).
Menurutnya, di samping memacu misi dagang ke negara mitra nontradisional, pemerintah harus memperbanyak kunjungan ke negara mitra tradisional. Pasalnya, kebijakan itu dinilainya dapat menjadi obat paling mujarab untuk menyelamatkan kinerja ekspor Indonesia pada sisa tahun ini.
Handito melanjutkan, efektivitas misi dagang ke negara tradisional dapat terbukti dari capaian semester I/2019 ketika pemerintah berkunjung ke Amerika Serikat, India serta Cile. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, nilai transaksi yang diperoleh dari misi dagang di ketiga negara tersebut mencapai US$4,5 miliar.
Capaian transaksi dagang yang dibukukan tersebut, lanjutnya, bisa lebih besar apabila pemerintah menambah jumlah negara mitra dagang tradisional sebagai tujuan misi dagang selain AS dan India.
Menurutnya, pada semester II/2019 pemerintah dapat kembali melakukan misi dagang ke China, meskipun Kemendag telah melakukannya pada 20 Juli lalu. Dia menilai, pasar China masih memiliki ceruk pasar yang besar untuk dipacu ekspornya.
“Namun, produk jualannya jangan itu-itu saja, seperti sarang burung walet atau produk CPO. Produk makanan dan minuman bisa menjadi peluang kalau kita mengetahui selera pasar mereka dengan baik, sebab jumlah penduduk mereka besar,” ujarnya.
Untuk itu dia meminta agar pemerintah, menambah destinasi misi dagang menuju ke mitra dagang tradisional selain yang telah diagendakan. Negara seperti di Asean seperti Singapura dan Asia Timur seperti Taiwan bisa menjadi pasar yang potensial untuk ditingkatkan transaksi dagangnya.