Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pengusaha menilai misi dagang masih bisa diandalkan untuk memperbaiki kinerja ekspor nonmigas, asalkan program tersebut turut ditujukan ke mitra-mitra dagang tradisional dengan mengusung promosi produk-produk bernilai tambah.
Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan menilai selama ini pemerintah—melalui Kementerian Perdagangan—cenderung lebih fokus membidik negara-negara nontradisional untuk program misi dagang.
“Negara mitra nontradisional memang penting untuk kita kunjungi dan lakukan misi dagang. Namun, negara tradisional juga perlu ditingkatkan kunjungannya. Di negara tradisional, selain melalui misi dagang langsung, harus ada peran serta duta besar di negara mitra tradisional untuk ikut berjualan, tidak bisa jika mereka hanya memfasilitasi dalam bentuk business matching saja tiap tahun,” katanya kepada Bisnis.com, Minggu (28/7/2019).
Di sisi lain, dia juga menggakui kurangnya peran serta produk manufaktur dalam misi dagang yang digelar pemerintah. Alhasil, pemerintah Indonesia masih bergantung kepada produk mentah dan setengah jadi untuk ditawarkan ke negara mitra.
“Saya berharap produk manufaktur tetap harus mendapatkan ruang untuk dipromosikan lebih besar di misi dagang RI, meskipun upaya untuk berjualan produk manufaktur jauh lebih sulit dibandingkan produk mentah” ujarnya.
Sementara itu, ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan, melihat karakter dan jenis negara yang akan dituju dalam misi dagang semester II/2019 dampak yang diperoleh secara langsung melalui transaksi di misi dagang tersebut cenderung kecil.
Baca Juga
Alhasil, dia mempredikisi kontribusi program misi dagang terhadap kinerja dagang RI akan sangat terbatas pada tahun ini.
“Negara-negara yang dituju dalam misi dagang semester II/2019 memiliki kecenderungan transaksinya akan berdampak jangka menengah atau jangka panjang terhadap kinerja dagang kita. Terlebih, mayoritas negara tujuan misi dagang itu tergolong negara mitra dagang baru,” jelasnya.
Di sisi lain, dia berpendapat apabila Indonesia menambah daftar negara mitra dagang tradisional sebagai tujuan misi dagang tahun ini, belum tentu akan memberikan dampak yang signifikan pada kinerja ekspor nasional.
Pasalnya, apabila melihat karakter produk jualan RI di sejumlah misi dagang, Indonesia masih bergantung pada produk mentah seperti produk pertanian dan perkebunan. Adapun, lanjutnya, produk-produk tersebut masih sangat rawan terhalang ekspornya akibat hambatan dagag nontarif.
Sekadar catatan, pada paruh kedua tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah memetakan sejumlah negara tujuan misi dagang, a.l. Turki, Selandia Baru, Nigeria, Gambia, Kazakhstan, Azerbaijan, Korea Selatan, dan Mesir.