Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian pelaku industri grafika lokal melakukan diversifikasi usaha dengan mencetak kemasan berbahan dasar kertas dan label lantaran bisnis penggandaan masal seperti percetakan buku mengalami penurunan.
Salah satunya PT Reycom Document Solusi (RDS), yang menyatakan akan fokus menggeluti percetakan kemasan dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, perseroan mencatat realisasi usaha pada semester I/2019 tumbuh stagnan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Group CEO RDS Randy Soegiharta Chandra mengatakan usaha grafika perseroan tumbuh stagnan, sedangkan lini usaha lainnya tumbuh minimal 15% secara tahunan pada semester I/2019. Menurutnya, pelaku industri grafika lokal harus cerdik mencari ceruk pasar yang tumbuh bukan hanya berdasarkan pertumbuhan populasi melainkan tren industri.
”Sementara ini kontribusi sekitar 40% dari printing. Masih besar, cuma secara growth tidak terlalu besar. Jadi, kmai harus mengembangkan area lain yang high growth,” ujarnya, Rabu (21/8/2019).
Randy mengatakan pertumbuhan industri grafika secara global memang masih positif, tetapi itu terjadi semata karena peningkatan populasi yakni sekitar 2%-3%. Adapun, tren pertumbuhan industri grafika melambat secara tahunan.
Menurutnya, salah satu usaha yang membuat industri grafika tumbuh adalah permintaan kemasan berbahan kertas. Pihaknya bekerja sama dengan Toppan Forms Co., Ltd. untuk menelusuri pasar global. Hasil kerja sama tersebut membuat perseroan mendapatkan dana segar sekitar Rp401 miliar, sedangkan Toppan memiliki saha minoritas RDS.
Sementara itu, Federasi Pengemasan Indonesia menyatakan lini bisnis penggandaan masal industri grafika memang merosot. Pasalnya, produk tersebut telah digantikan oleh media elektronik.
Direktur Eksekutif Federasi Pengemasan Indonesia Henky Wibawa mengatakan kemasan kertas adalah produk yang paling mudah menggantikan usaha percetakan komersial saat ini. Adapun, Henky memproyeksi nilai industri kemasan nasional pada tahun ini mencapai Rp95 triliun.