Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan tantangan masa depan industri minyak dan gas bumi (migas) adalah efisiensi sehingga memiliki daya saing global.
Jonan mengatakan meningkatkan efisiensi berarti mengubah kultur dalam kegiatan migas. "Peluang dan tantangan bukan hanya regulasi, tetapi kultur atau kegiatan migas juga harus di-adjust, yaitu mengikuti perkembangan yang terjadi," katanya, Senin (14/10/2019).
Menurutnya, selain adaptif terhadap perkembangan zaman, industri migas selayaknya mengutamakan efisiensi demi keberlangsungan bisnis.
Dia mengatakan dengan mendorong efisiensi, maka ketidakpastian bisnis dapat ditekan. Apalagi di sektor energi, harga komoditas sulit untuk diprediksi.
"Jadi, yang harus kita pikirkan adalah bagaimana kita membuat produk yang memiliki competitive price. Industri migas haruslah efisien," tuturnya.
Jonan pun mengklaim kehadiran kontrak bagi hasil bagi hasil kotor atau gross split merupakan cara untuk mendapatkan efisiensi. Selama dua tahun terakhir, sudah ada 43 kontrak baru dengan total komitmen kerja pasti senilai Rp33 triliun.
Berdasarkan data BP Statistical Review 2018 yang dikutip Kementerian ESDM, cadangan terbukti minyak bumi Indonesia sebanyak 3,2 miliar barel pada 2018, atau berada di urutan ke 29 di bawah Venezuela, Arab Saudi, ataupun Nigeria.
Sementara itu, cadangan terbukti gas bumi Indonesia sebanyak 102,9 trillion cubic feet (TCF) atau hanya 1,5% dari total cadangan terbukti dunia.
Negara dengan cadangan gas bumi terbesar adalah Russia dengan 1.234,9 TCF, Iran 1.173 TCF, dan Qatar 879,9 TCF.
Melihat kondisi cadangan migas yang ada, Jonan pun meminta kesungguhan sektor hulu untuk meningkatkan eksplorasi. Setidaknya, Jonan berharap dana komitmen kerja pasti dari para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dapat dimanfaatkan untuk menambah cadangan migas.