Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menerapkan inovasi akuifer buatan simpanan air hujan untuk menampung air hujan sebagai sumber air baku masyarakat. Rencananya pada 2020, teknologi ini akan dibuat di 94 lokasi.
Pada tahun ini, teknologi inovasi akuifer buatan simpanan air hujan (ABSAH) diterapkan melalui program padat karya tunai untuk mendukung mitigasi dampak pandemi Covid-19 terhadap masyarakat khususnya untuk pengurangan angka pengangguran dan mempertahankan daya beli.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa program infrastruktur kerakyatan atau padat karya tunai sangat penting bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Hal ini dikarenakan pembangunan infrastruktur padat karya, selain bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, juga mengurangi angka pengangguran.
“Setiap tahapan pelaksanaan program padat karya dilakukan sesuai dengan protokol Covid-19, seperti menjaga jarak fisik, menggunakan masker, dan menghindari kerumunan,” kata Basuki melalui siaran pers, Senin (20/4/2020).
Adapun, sasaran penerapan ABSAH tahun ini dilaksakanan di 94 lokasi dengan alokasi anggaran Kementerian PUPR sebesar Rp38 miliar.
Rencananya masa pelaksanaan pembuatan ABSAH dilakukan selama 60 hari dengan melibatkan masyarakat untuk setiap lokasi sebanyak 10 tenaga kerja sehingga total program ini berkontribusi menyerap tenaga kerja sebanyak 940 orang.
Baca Juga
Bangunan ABSAH merupakan infrastruktur penyediaan air baku mandiri dengan prinsip kerja menampung air hujan dalam tampungan yang disaring dengan media akuifer buatan seperti kerikil, pasir, bata merah, batu gamping, ijuk, dan arang.
ABSAH sudah banyak diterapkan oleh Kementerian PUPR di daerah kering, kawasan sulit air karena faktor geologi dan iklim, pulau-pulau kecil, dan daerah berair asin. Misalnya, Pulau Miangas, Pulau Hiri, Pulau Pasi, dan Pulau Lombok.