Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China akan mendorong reformasi fasilitas pendanaan daruratnya yang memudahkan bank mengakses likuiditas guna menekan volatilitas suku bunga pasar uang.
People's Bank of China (PBOC) akan mengizinkan aplikasi pinjaman melalui fasilitas pinjaman tetap dilakukan secara elektronik. Perubahan operasional ini akan membantu menstabilkan ekspektasi pasar dan menjaga kelancaran operasi suku bunga pasar uang.
Standing Lending Facility atau SLF diperkenalkan pada tahun 2013. Ini adalah pinjaman yang jatuh tempo dalam semalam hingga satu bulan. Tingkat pinjaman dianggap sebagai batas atas koridor suku bunga China.
“Peningkatan efisiensi SLF akan membantu menghindari krisis likuiditas dan memperkuat peran suku bunga SLF sebagai batas atas koridor suku bunga,” kata Xing Zhaopeng, Ahli strategi Senior China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd.
Perubahan itu juga berarti ada peluang yang lebih kecil dari suku bunga pasar uang menembus suku bunga SLF, tambahnya. Ada saat-saat 7-day repurchase rate, biaya pinjaman jangka pendek lembaga keuangan, melonjak melampaui tingkat pinjaman SLF dengan jatuh tempo yang sama. Ini menunjukkan bank lebih suka beralih ke satu sama lain untuk likuiditas darurat.
Bank sentral mengatakan dalam pernyataannya bahwa cabang PBOC lokal harus memenuhi kebutuhan likuiditas yang wajar dari lembaga keuangan lokal sesuai dengan peraturan, yakni secara tepat waktu dan efektif guna menjaga terhadap risiko likuiditas.
Baca Juga
PBOC juga mendesak bank untuk memanfaatkan sepenuhnya tambahan 300 miliar yuan atau US$46 miliar dari kuota pinjaman ulang kepada perusahaan kecil. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pembiayaan perusahaan kecil dan mikro, dan mempercepat proses perpanjangan kredit.