Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (PUPR) telah menuntaskan pembangunan Sodetan (Floodway) Cisangkuy yang merupakan bagian dari upaya mengurangi kerentanan Kawasan Bandung Selatan terhadap banjir akibat luapan Sungai Citarum.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pengendalian banjir di Kawasan Bandung Selatan menjadi salah satu Program Citarum Harum yang memerlukan sinergitas antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Sinergi itu pun telah disepakati dalam rencana aksi yang mengatur tentang tanggung jawab masing-masing stakeholders.
“Floodway Cisangkuy ini sodetan untuk masuk ke Sungai Citarum di hilir Dayeuhkolot yang langganan banjir. Debit banjir akan kami alirkan ke Floodway Cisangkuy, sehingga mengurangi beban Sungai Citarum di Dayeuhkolot,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (13/1/2022).
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja menuturkan, Sodetan Cisangkuy akan mengalirkan debit banjir sebesar 230 meter kubik per detik yang semula bermuara ke Dayeuhkolot menjadi ke Pameungpeuk.
Hal itu diyakini akan mengurangi lama genangan dan luas genangan di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, Andir, dan sekitarnya.
“Sodetan Cisangkuy yang dibangun Kementerian PUPR merupakan satu sistem dengan normalisasi upstream Citarum, Embung Gedebage, Kolam Retensi Cieunteung, Terowongan Nanjung, dan peningkatan kapasitas Sungai Citarum yang mengurangi luas genangan seluas 700 hektare, sehingga total luasan genangan banjir menjadi 2.761 hektare dari semula 3.461 hektare,” tuturnya.
Kepala BBWS Citarum Bastari mengatakan, pembangunan Sodetan Cisangkuy dikerjakan dalam 2 paket, yaitu paket 1 sepanjang 3,75 kilometer dengan anggaran Rp311,53 miliar yang berkapasitas 230 meter kubik per detik.
Pekerjaan paket 1 dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak 2015–2020 oleh kontraktor PT Basuki Rahmanta Putra-Minarta (KSO), dan konsultan supervisi PT Yodya Karya-PT Bina Karya-PT Intimulya Multikencana (KSO).
Adapun Paket 2 dibangun sepanjang 1,7 kilometer untuk galian floodway dengan biaya Rp320,43 miliar yang memiliki kapasitas 220 meter kubik per detik.
Pekerjaan paket 2 dilaksanakan dengan kontrak tahun jamak 2015–2020 oleh kontraktor PT PP-JAKON (KSO), dan konsultan supervisi PT Yodya Karya-PT Bina Karya-PT Intimulya Multikencana (KSO).
Selain Terowongan Nanjung dan Floodway Cisangkuy, Endra menyebut, Kementerian PUPR juga telah melakukan pembangunan kolam retensi Cieunteung dengan luas genangan 4,7 hektare, dan volume tampung 190.000 meter kubik.
“Tujuan pembangunan kolam retensi yang selesai pada 2018 lalu ini untuk mengurangi waktu genangan air pada area 39 hektare, 1250 rumah, mereduksi banjir seluas 91 hektare, dan memiliki potensi sebagai area wisata. Pembangunannya dilaksanakan oleh kontraktor PT Nindya-Barata [Joint Operation] dengan nilai kontrak Rp203 miliar,” terang Endra.
Selanjutnya, terdapat pembangunan Embung Gedebage yang dikerjakan sejak Juli 2017 hingga Desember 2018 yang dibangun di atas lahan seluas 7,7 hektare dan memiliki volume tampung sebesar 270.000 meter kubik, dengan lebar Bendung 148 meter, serta panjang kantong lumpur 3 meter.
Bendung yang berlokasi di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, tersebut memiliki nilai kontrak Rp85 miliar, dan dikerjakan oleh PT Hidup Indah Permai, serta konsultan supervisi PT Geodinamika Konsultan.
Adapun, manfaat dari pembangunan Embung Gedebage, yaitu sebagai tampungan air untuk musim kemarau, penguatan kemampuan pengendalian banjir, untuk menambah estetika pada masjid Al-Jabar, serta sebagai sarana rekreasi wisata.