Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator atau Kemenko Bidang Perekonomian menilai bahwa konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina dapat memengaruhi tingkat inflasi Indonesia dalam beberapa waktu, jika sektor energi dan pangan terkena imbas.
Hal tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal Kemenko Perekonomian Ferry Irawan dalam gelaran Forum Ekonomi Merdeka, Senin (28/2/2022). Dia menjelaskan prospek ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Menurutnya, perekonomian pada 2022 menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain pandemi Covid-19, faktor eksternal lain yang dapat memengaruhi perekonomian tahun ini adalah ketegangan di Eropa Timur.
Menurut Ferry, ketegangan geopolitik di sana dapat memengaruhi harga komoditas karena kedua negara memiliki kontribusi terhadap perekonomian global.
Rusia memiliki suplai minyak dan gas yang cukup besar, dan Ukraina merupakan produsen utama gandum di dunia.
"Ketegangan geopolitik, invasi... isu Ukraina dan Rusia menjadi satu hal yang kami cermati, karena ini punya potensi yang besar untuk punya keterkaitan erat juga dengan harga komoditas," ujar Ferry pada Senin (28/2/2022).
Baca Juga
Menurutnya, harga komoditas yang meningkat pada 2021 memang menjadi berkah bagi Indonesia seiring melesatnya kinerja ekspor. Namun, pergerakan harga komoditas akibat ketegangan Rusia dan Ukraina bisa berdampak berbeda.
"Di satu sisi [pergerakan harga komoditas] menjadi salah satu backbone ekspor kita, tetapi di sisi lain ada beberapa dampak kenaikan harga komoditas tersebut. misalnya terhadap inflasi kita," ujarnya.
Menurutnya, kinerja pemulihan ekonomi di dalam negeri sudah sesuai jalur. Oleh karena itu, berbagai faktor eksternal perlu diantisipasi dan dihadapi dengan cermat, seperti konflik di Eropa Timur dan pergerakan suku bunga negara-negara maju.