Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut Orang Indonesia Masih Kesulitan soal Perut dan Rumah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan memenuhi kebutuhan pokok di Indonesia masih menjadi tantangan. Dari 3 kebutuhan primer, hanya sandang yang sudah relatif mudah dipenuhi.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati/Youtube Ministry of Finance Republic Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan masyarakat Indonesia masih menghadapi tantangan berat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pemerintah harus bekerja lebih keras agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, baik dalam kondisi krisis maupun saat normal.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan primer, misalnya sandang (pakaian), pangan (makan), dan papan (rumah). Namun, dari ketiganya baru sandang yang dapat terpenuhi dengan relatif mudah.

Sri Mulyani menyebut bahwa dengan adanya globalisasi dan turunnya biaya manufaktur, harga sandang menjadi lebih terjangkau. Adanya digitalisasi pun membuat masyarakat dapat membeli pakaian dengan amat mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan pangan kini menghadapi tantangan, karena pemanasan iklim dan konflik geopolitik mengganggu distribusi pangan. Sri Mulyani menyebut bahwa pemenuhan kebutuhan pangan menjadi isu serius, bahkan akan menjadi pembahasan dalam forum elit G20.

"Pangan menjadi sumber inflasi. Berbagai negara sudah mengalami tekanan pangan yang sangat signifikan, ini sudah menjadi perhatian kita," kata Sri Mulyani pada Rabu (6/7/2022).

Pemenuhan kebutuhan papan menjadi masalah yang lebih rumit lagi. Sri Mulyani bahkan menyebut hal itu membutuhkan upaya ekstra dari seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya pemerintah, tetapi termasuk sektor swasta.

Saat ini terdapat backlog hunian hingga 12,75 juta, antrean itu tidak sebanding dengan pemenuhan hunian bagi rakyat, yang pada tahun ini saja target dari pemerintah adalah 1 juta rumah. Sri Mulyani menyebut bahwa kondisi itu terjadi di antaranya adalah karena tidak ada titik temu antara penawaran dan permintaan (supply and demand).

Di sisi supply, harga hunian terus meningkat seiring harga tanah yang hampir tidak pernah turun, dan harga bahan baku bangunan yang relatif naik. Di sisi permintaan, daya beli masyarakat masih tertekan dan kebutuhan hunian terjangkau menjadi sangat tinggi—menjadi lebih kompleks ketika mengaitkannya dengan infrastruktur pendukung seperti moda transportasi umum.

Sri Mulyani menyebut bahwa banyak orang yang membutuhkan rumah tetapi tidak mampu menjangkaunya. Masalah itu perlu mendapatkan penyelesaian, agar papan sebagai kebutuhan primer dapat terpenuhi.

"Indonesia demografinya relatif muda, mereka akan berumah tangga, tetapi mereka can't afford untuk mendapatkan rumah. Purchasing power dibandingkan harga rumah, lebih tinggi [harga rumahnya]," kata Sri Mulyani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper