Bisnis.com, JAKARTA — Sistem operasi Microsoft mengalami down usai pembaruan perangkat lunak (software) dari keamanan siber CrowdStrike. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada layanan bandara dan maskapai penerbangan di seluruh dunia, termasuk maskapai AirAsia Indonesia.
Head of Indonesia Affairs and Policy Indonesia AirAsia, Eddy Krismeidi, mengatakan bahwa sistem Microsoft Windows yang down membuat penumpang AirAsia Indonesia harus menunggu hingga 1 jam pada siang hari ini, Jumat (19/7/2024).
“Memang prosesnya [check-in] jadi agak lama, delay tadi siang terjadi antara 30–60 menit. Ada antrean, tetapi masih terkendali,” kata Eddy kepada Bisnis, Jumat (19/7/2024).
Dalam hal kompensasi, Eddy menyampaikan bahwa keterlambatan penerbangan bergantung pada durasi delay. Untuk penerbangan internasional, misalnya, Eddy menjelaskan bahwa AirAsia memberikan kompensasi berupa makanan.
“Kalau menyebabkan keterlambatan penerbangan, bergantung pada lamanya delay, kami beri kompensasi dalam bentuk makanan untuk penerbangan internasional, [sedangkan] untuk penerbangan domestik sesuai aturan pemerintah,” jelasnya.
Adapun saat ini, Eddy menyatakan bahwa sistem operasi Windows AirAsia Indonesia sudah berangsur pulih.
Baca Juga
Lebih lanjut, Eddy menuturkan bahwa pihaknya telah mengambil langkah antisipasi untuk mengatasi permasalahan ini dengan melakukan pelayanan secara manual untuk calon penumpang yang akan terbang.
Indonesia AirAsia mengeklaim bahwa pihaknya selalu memastikan kenyamanan seluruh penumpang dan memberikan pelayanan terbaik di setiap penerbangannya. Adapun, AirAsia Indonesia juga akan terus memantau keadaan dan memberikan informasi secara berkala.
“Indonesia AirAsia memohon maaf atas ketidaknyamanan yang telah ditimbulkan. Kami himbau kepada seluruh calon penumpang untuk dapat tiba di bandara keberangkatan lebih awal demi mengantisipasi antrian panjang pada saat check-in,” demikian pernyataan AirAsia yang dikutip dari laman resminya pada Jumat (19/7/2024).
Dihubungi terpisah, Juru Bicara Microsoft mengaku bahwa pihaknya mengetahui isu yang memengaruhi perangkat Windows pasca pembaruan dari platform perangkat lunak (software).
"Kami mengetahui isu yang memengaruhi perangkat Windows pasca pembaruan dari platform perangkat lunak pihak ketiga. Kami mengharapkan resolusi sesegera mungkin,” kata juru bicara Microsoft kepada Bisnis, Jumat (19/7/2024).
Diberitakan sebelumnya, Windows mengalami masalah Blue Screen of Death (BSOD) berdampak pada bank, maskapai penerbangan, supermarket, hingga kantor pemerintahan di seluruh dunia.
pengguna Windows 10 di seluruh dunia tengah menghadapi pemadaman listrik besar-besaran karena pembaruan Crowdstrike, yang menyebabkan PC terjebak di layar pemulihan dan hanya menampilkan layar berwarna biru.
Dikutip dari Mint, Jumat (19/7/2024), laporan menunjukkan bahwa masalah terbaru pada Windows telah menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran di bandara, perusahaan, bank, dan kantor pemerintah di seluruh dunia.
Pengguna di media sosial juga membagikan tangkapan layar yang tertahan di halaman pemulihan. “Sepertinya Windows tidak memuat dengan benar. Jika Anda ingin memulai ulang dan mencoba lagi, pilih Mulai ulang PC saya di bawah,” demikian tulisan yang tercantum di halaman pemulihan.
Sementara itu, Crowdstrike juga telah mengakui masalah ini yang menyatakan bahwa kerusakan baru-baru ini pada Windows terkait dengan masalah pada sensor Falcon. Dijelaskan, CrowdStrike mengetahui laporan kerusakan pada host Windows yang terkait dengan sensor Falcon.
"Gejalanya mencakup host yang mengalami kesalahan bugcheckblue screen terkait dengan Sensor Falcon. Tim Teknik kami secara aktif berupaya menyelesaikan masalah ini dan tidak perlu membuka tiket dukungan,” ungkap CrowdStrike.