Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi Indonesia Deflasi 5 Bulan Beruntun, Ini Biang Keroknya

Para ekonom memperkirakan Indonesia akan kembali mengalami deflasi pada September 2024, sehingga menjadi deflasi lima bulan beruntun.
Pedagang memilah cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (5/2/2024). / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pedagang memilah cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (5/2/2024). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Proyeksi bahwa perekonomian Indonesia akan mengalami deflasi pada September 2024 kembali mengemuka. Jika hal itu terjadi, maka Indonesia mengalami deflasi lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024.

Proyeksi itu tercermin dari data konsensus yang dihimpun Bloomberg. Para ekonom memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) September 2024 yang akan menunjukkan tren inflasi maupun deflasi.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, para ekonom memperkirakan bahwa pada September 2024 akan terjadi deflasi, dengan nilai tengah atau median proyeksi adalah deflasi 0,02% (month to month/MtM).

Dari 15 lembaga yang datanya dihimpun Bloomberg, hanya lima lembaga yang memproyeksikan tidak akan terjadi deflasi. Sementara itu, 10 ekonom lainnya meyakini akan terjadi deflasi dari rentang -0,11% (MtM) hingga -0,01% (MtM).

Apabila pergerakan IHK September 2024 sesuai dengan proyeksi mayoritas ekonom, artinya Indonesia mencatatkan defisit lima bulan secara beruntun.

Median proyeksi para ekonom itu hanya sedikit berkurang dari Agustus 2024, dengan catatan deflasi 0,03% (MtM).

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai bahwa potensi deflasi masih membayangi IHK September 2024. Dia memproyeksikan IHK berada di rentang deflasi 0,05% hingga inflasi 0,05%.

Masih lemahnya daya beli masyarakat menjadi biang kerok yang bisa menyebabkan deflasi pada September 2024.

"Potensi deflasi masih ada. Ini indikasi sampai dengan saat ini kecenderungan konsumsi lemah secara keseluruhan. Jadi, faktor demand yang paling mempengaruhi ini tidak lepas dari menurunnya sisi income," tuturnya kepada Bisnis, Senin (30/9/2024).

Faisal melihat pendapatan riil utamanya turun atau tertahan, sehingga kecenderungan masyarakat melakukan belanjanya lebih selektif dengan memprioritaskan makanan ketimbang kebutuhan sekunder maupun tersier. Alhasil, hal ini yang mempengaruhi lemahnya peningkatan penjualan barang-barang secara umum.

Meskipun demikian, Faisal menilai deflasi yang terjadi pada akhir kuartal III/2024 ini merupakan rutin terjadi secara tahunan.

"Melihat siklus, umumnya September inflasi relatif rendah setiap tahun. Puncak inflasi pada Ramadan Lebaran, kemudian akan terus turun sampai September, Oktober mulai naik lagi dan puncaknya di Desember dan Januari," ujarnya.

Adapun, dalam konsensus Bloomberg, para ekonom memperkirakan bahwa secara tahunan inflasi di Indonesia akan mereda. Dari 29 ekonom, nilai tengah proyeksi inflasi September 2024 adalah 2,00% (year on year/YoY), turun dari posisi Agustus 2024 dengan inflasi 2,12% (YoY).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper