Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Ungkap Penyebab Ekonomi Negara Asia Timur dan Pasifik Belum Kunjung Membaik

Di banyak negara Asia Timur dan Pasifik konsumsi rumah tangga dan investasi, yang meningkatkan kapasitas produktif ekonomi, cenderung tumbuh melambat.
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/6/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/6/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Dunia atau World Bank melihat ekonomi di wilayah Asia Timur dan Pasifik akan terus tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada kawasan lain di dunia. Namun, pertumbuhan ekonomi itu melambat dan belum kunjung membaik dari sebelum pandemi Covid-19. 

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara wilayah tersebut saat ini, kecuali Indonesia, lebih lambat daripada sebelum pandemi.

Pertumbuhan yang melambat ini memiliki satu implikasi, yakni negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik membutuhkan waktu lebih lama untuk berlomba-lomba mengejar pendapatan atau produk domestik bruto (PDB) yang lebih tinggi. 

Mengacu paparan Aaditya, pada periode setelah resesi atau pada 2010 hingga 2014, ekonomi China tumbuh 8% lebih cepat daripada negara maju seperti Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Periode untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi dengan negara maju rupanya harus tertahan karena pandemi. 

Aaditya menyampaikan bahwa setelah pandemi dalam beberapa tahun terakhir, pihaknya telah melihat perlambatan yang signifikan dalam proses mengejar ketertinggalan, sehingga beberapa negara seperti Myanmar, Thailand, dan Mongolia justru semakin tertinggal. 

Hal ini juga terjadi pada beberapa negara di Pasifik, banyak di antaranya yang bahkan belum kembali ke tingkat produksi seperti sebelum pandemi.  

"Salah satu alasannya adalah karena saat ini konsumsi rumah tangga cenderung melambat. Pada saat yang sama, investasi, yang meningkatkan kapasitas produktif ekonomi, pertumbuhannya juga melambat," ujarnya dalam East Asia and Pacific Economic Update Launch Event, Kamis (10/10/2024).  

Sebagai contoh, dirinya melilhat pengeluaran rumah tangga relatif kuat saat ini di Malaysia, tetapi investasi yang masuk justru rendah.  

Tercatat dalam laporan East Asia and The Pacific Economic Update October 2024, bahwa pertumbuhan investasi telah menurun di sebagian besar negara di kawasan ini selama dua dekade terakhir.  

Penurunan yang sangat tajam di China, Indonesia, Malaysia, dan baru-baru ini, Filipina. Saat ini, tingkat investasi berada di bawah tingkat sebelum pandemi di Malaysia dan Filipina dan belum melampaui tingkat sebelum pandemi di Thailand.  

Di China, kemerosotan pasar properti berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan investasi, sementara investasi manufaktur mendukung pertumbuhan. Pertumbuhan investasi tampaknya relatif kuat di Vietnam. Meskipun demikian, kinerja ekspor yang mulai pulih di wilayah Asia Timur dan Pasifik menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. 

Secara umum, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik berada pada angka 4,8% untuk 2024, dan melambat ke 4,4% pada 2025.

Pertumbuhan China diproyeksikan menurun dari 4,8% tahun ini menjadi 4,3% di tahun 2025, di tengah terus lemahnya pasar properti, rendahnya kepercayaan konsumen maupun investor, dan berbagai kendala struktural seperti penduduk yang menua dan tekanan global.

Kondisi ekonomi Asia Timur dan Pasifik, tumbuh lebih cepat dari wilayah lainnya tetapi melambat dari posisi sebelum pandemi Covid-19. / dok. World Bank
Kondisi ekonomi Asia Timur dan Pasifik, tumbuh lebih cepat dari wilayah lainnya tetapi melambat dari posisi sebelum pandemi Covid-19. / dok. World Bank


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper