Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat: Pertanian Organik Bisa Dukung Swasembada Pangan

Pengamat menilai pertanian organik bisa mendukung terwujudnya swasembada pangan
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat pertanian memandang pertanian organik bisa ikut berkontribusi terhadap ketahanan pangan, serta mendukung swasembada pangan Indonesia.

Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, meski pertanian organik bisa mendorong swasembada pangan, namun produknya belum menggeliat dalam waktu dekat.

“Ya, bisa [mendukung swasembada pangan Indonesia]. Tapi produk dari pertanian organik sepertinya belum membesar dalam waktu pendek,” kata Khudori kepada Bisnis, dikutip pada Minggu (8/12/2024).

Menurut Khudori, pasar untuk pertanian organik sudah ada namun masih terbatas. Pasalnya, jumlah orang yang tertarik membeli dan mengonsumsi makanan sehat seperti produk organik belum besar. Terlebih, harganya yang juga relatif mahal.

“Lagi pula, karena harganya relatif mahal sepertinya belum dalam waktu dekat akan menjadi pangan arus utama atau pangan warga kebanyakan dan massal,” tuturnya.

Di sisi lain, Khudori menyebut masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi industri pertanian organik, salah satunya masa tanam yang lebih lama dibandingkan pertanian non-organik.

“Bahkan, di musim tanam awal biasanya produksi turun. Petani yang orientasinya menggenjot produksi tinggi tentu tidak sabar,” ungkapnya.

Khudori menjelaskan, pertanian organik membutuhkan waktu. Biasanya, kata dia, produksi praktik pertanian organik akan baik di musim ke-5 dan seterusnya.

Tantangan lainnya adalah sistem sewa atau bagi hasil yang banyak dipraktikkan di sejumlah daerah produksi pangan yang berorientasi pada bagaimana membuat lahan berproduksi setinggi-tingginya. Alhasil, upaya menyehatkan tanah dengan praktik pertanian organik menjadi pilihan terakhir.

“Tantangan berikutnya, produk pertanian organik tidak selalu diganjar dengan harga premium, ini bisa membuat petani dan produsen frustrasi. Makanya, biasanya pasar produk pertanian organik itu menggunakan jalur khusus berbasis komunitas dan sejenisnya,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper