Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Bos Raksasa Properti China Vanke Kompak Mundur, Ada Apa?

Bos raksasa properti China Vanke yakni CEO Zhu Jiusheng dan Direktur Utama Yu Liang kompak mundur dari jabatannya. Ada apa?
Papan nama China Vanke Co. di atas Hongqiao Vanke Center di Shanghai, China, pada Jumat, 17 Januari 2025. Kekhawatiran atas China Vanke meningkat di tengah pertanyaan mundurnya sejumlah pemimpin eksekutif  perusahaan tersebut. - Qilai Shen/Bloomberg.
Papan nama China Vanke Co. di atas Hongqiao Vanke Center di Shanghai, China, pada Jumat, 17 Januari 2025. Kekhawatiran atas China Vanke meningkat di tengah pertanyaan mundurnya sejumlah pemimpin eksekutif perusahaan tersebut. - Qilai Shen/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan raksasa properti China yakni Vanke mengumumkan kemunduran dua petingginya. Kedua bos China Vanke yang mundur itu yakni sang CEO Zhu Jiusheng dan Direktur Utama Yu Liang.

Kabar mundurnya dua petinggi China Vanke itu dilakukan menjelang pelaporan kinerja 2024. Di mana, diperkirakan perusahaan itu masih membukukan rugi tebal mencapai US$6,2 miliar atau sekitar Rp100,32 triliun (asumsi kurs Rp16.181).

Melansir dari Reuters, Selasa (28/1/2025), sosok Xin Jie yang saat ini merupakan pemegang saham mayoritas China Vanke dikabarkan bakal didapuk menjadi direktur utama perusahaan tersebut.

Namun demikian, beban yang dipikul Xin Jie bakal cukup berat, mengingat negara tampak bakal meningkatkan pengawasan usai terdapat sejumlah obligasi utang yang bakal jatuh tempo pada 2025.

Dalam perkembangan terbarunya, Yu Liang yang mundur dari kursi direktur utama perusahaan itu dikabarkan bakal tetap menjabat sebagai wakil presiden eksekutif.

"Untuk mengurangi risiko secara efektif dan sungguh-sungguh melindungi kepentingan pembeli rumah, kreditor, dan investor, Dewan Direksi telah memutuskan untuk memperkuat kemampuan manajemen Grup, memanfaatkan keunggulan sumber daya Shenzhen Metro sebagai pemegang saham utama dan pihak lainnya," jelas manajemen Vanke dikutip Selasa (28/1/2025).

Di samping itu, dia juga menambahkan bahwa pihaknya hanya mengalami kesulitan likuiditas sementara serta berjanji untuk dapat berkonsentrasi pada bisnis intinya guna menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk diketahui, China Vanke diprediksi menutup akhir 2024 dengan rapor merah. Di mana, posisi bottom line perseroan berbalik dari laba bersih pada 2023 menjadi rugi.

Penurunan kinerja itu terjadi lantaran anjloknya penjualan dan margin laba, ketentuan tambahan untuk penurunan kredit dan inventaris, serta kerugian dalam beberapa transaksi aset dan ekuitas masal.

Padahal sebelumnya, China Vanke sempat disebut bakal kebal terhadap gejolak pasar properti yang menyebabkan China Evergrande dilikuidasi pada 2023 menyusul gagal bayar utang luar negeri pada akhir tahun 2021.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper