Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Bea Masuk Trump, Mendag Budi Mau Diversifikasi Produk

Indonesia tengah berhati-hati agar AS tidak mengenakan tarif bea masuk barang tambahan terhadap Indonesia.
Menteri Perdagangan Budi Santoso saat ditemui seusai konferensi pers Capaian 2024 dan Program Kerja Kementerian Perdagangan di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (6/1/2025). —Bisnis/Rika Anggraeni
Menteri Perdagangan Budi Santoso saat ditemui seusai konferensi pers Capaian 2024 dan Program Kerja Kementerian Perdagangan di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (6/1/2025). —Bisnis/Rika Anggraeni

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) memasang kuda-kuda untuk mengantisipasi kebijakan Presiden AS Donald Trump yang berencana menaikkan tarif bea masuk barang ke sejumlah negara, seperti tarif AS terhadap China.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan bahwa antisipasi itu dilakukan seiring dengan surplus neraca perdagangan terbesar yang disumbang dari AS, disusul India.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan pada 2024 mengalami penurunan dibanding 2023 sebesar US$36,89 miliar. Pada 2024, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$31,04 miliar.

Adapun pada 2024, surplus neraca perdagangan dengan AS mencapai US$16,84 miliar yang didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris rajutan, dan alas kaki.

Budi menyampaikan bahwa pemerintah harus berhati-hati agar Negeri Paman Sam tidak mengenakan tarif bea masuk barang tambahan terhadap Indonesia.

“Kita harus hati-hati jangan sampai kita kena bea masuk tambahan [dari AS],” kata Budi saat ditemui di Kantor Kemendag, dikutip pada Kamis (6/2/2025).

Untuk itu, Mendag Budi mengungkap salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan diversifikasi produk. Nantinya, produk dari dalam negeri yang tak diproduksi di AS akan dikirim ke sana.

“Yang penting sekarang gini, kan kalau Trump itu penginnya kan ada industri ke sana. Kita harus diversifikasi produk, terutama produk-produk yang tidak diproduksi di sana. Karena kan kalau dia mau produksi juga perlu waktu,” tuturnya.

Dia menjelaskan diversifikasi produk ini dilakukan agar Indonesia tetap menjaga surplus neraca perdagangan.

“Kita sekarang sudah ngomong dengan pelaku usaha bagaimana kita masuk diversifikasi produk, kita harus pertahankan surplus kita,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper