Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) Lily Pujiati menilai pengemudi ojek online (ojol) akan rugi jika Grab Holdings Limited mengakuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO).
Hal ini merespons isu Grab Holdings Limited. dikabarkan merampungkan proses akuisisi GOTO pada kuartal II/2025. Grab yang berkantor pusat di Singapura dikabarkan sudah menunjuk penasihat untuk aksi korporasi tersebut.
Lily mengatakan, rencana merger perusahaan platform Grab dan Gojek berpotensi merugikan pengemudi ojol. Sebab, otomatis pengemudi yang telah mempunyai aplikasi Grab dan Gojek tidak bisa lagi menggunakan dua aplikasi tersebut dalam pekerjaannya sehari-hari mencari orderan.
"Ini berarti pengemudi hanya bisa mengandalkan satu aplikasi saja dalam memperoleh orderan yang berdampak pada berkurangnya pendapatan dibandingkan sebelum merger," ucap Lily dalam keterangannya, Sabtu (10/5/2025).
Dia menuturkan, saat ini saja pendapatan pengemudi ojol sudah 'pas-pasan' berkisar Rp50.000 hingga Rp100.000 per hari. Belum lagi dikurangi biaya bensin, pulsa, paket data, parkir, suku cadang kendaraan, dan biaya lainnya.
Ditambah lagi potongan platform yang selangit mulai dari 30%-70% dari setiap orderan yang dikerjakan pengemudi.
"Contoh lainnya adalah saat terjadinya merger di tahun 2021 antara Gojek dengan Tokopedia yang menghasilkan GoTo. Pasca merger tersebut, pengemudi ojol kehilangan insentifnya saat mengerjakan pengantaran barang layanan GoSend Sameday," imbuh Lily.
Dia melanjutnya, sebelum merger pada 2021 itu, pengemudi ojol mendapatkan insentif sebesar Rp10.000 untuk 5 kali pengantaran. Namun, pasca merger, pengemudi hanya mendapatkan Rp5.000.
Menurutnya, hal ini berarti pengemudi hanya mendapatkan setengah dari upah yang sebelumnya dia bisa bawa pulang. Kemudian, untuk pengantaran sebanyak 10 kali, sebelum merger pengemudi memperoleh insentif sebesar Rp45.000. Namun setelah merger, upah pun melorot menjadi Rp20.000.
"Dari sini bisa terlihat dengan jelas bahwa bukan hanya terjadi pengurangan upah, tapi juga semakin banyak pengiriman yang dikerjakan, justru upah juga akan semakin berkurang. Berturut-turut bisa terlihat pengurangannya dari 50% untuk 5 pengantaran, kemudian 55% untuk 10 pengantaran," jelasnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan saat ini pun kondisi upah atau pendapatan yang diperoleh pengemudi sangat tidak sepadan dengan tenaga kerja dan waktu kerja yang dihabiskan di jalanan setiap harinya.
Dia menilai, platform Gojek, Grab, Maxim, Shopee Food memberlakukan skema diskriminatif. Itu seperti skema prioritas, slot, aceng, akses hemat, hub, dan lainnya.
Menurut Lily, hal ini terjadi akibat belum diakuinya status pekerja tetap oleh platform kepada pengemudi ojol. Sehingga, aturan mengenai pemberian upah hanya menggunakan standar dari platform, bukan mengikuti hukum ketenagakerjaan yang berlaku.
"Untuk itu SPAI mendesak Kementerian Ketenagakerjaan dan Komisi 9 DPR RI untuk mengakui pengemudi ojol, taksol dan kurir sebagai pekerja tetap dan mulai melakukan pembahasan RUU Ketenagakerjaan agar terwujudnya payung hukum yang melindungi pengemudi ojol, taksol dan kurir," kata Lily.
Sebelumnya, Grab dikabarkan akan mengakuisisi GOTO. Proses itu pun ditargetkan rampung pada kuartal III/2025. Berdasarkan sumber Reuters, Grab yang berkantor pusat di Singapura sudah menunjuk penasihat untuk aksi korporasi tersebut.
"Kesepakatan sudah membicarakan beberapa hal, seperti keuangan, yang sedang dibicarakan Grab dengan perbankan," kata sumber tersebut, dikutip dari Reuters, dikutip Rabu (7/5/2025).
Seorang sumber menyebut Grab ingin mengakuisisi GOTO dengan harga sekitar US$7 miliar. Saham GOTO saat ini sudah melejit hingga 20% ytd dengan nilai pasar mencapai US$5,8 miliar.
Sementara itu, saham Grab yang tercatat di Nasdaq menguat 2,4% sejak awal tahun dengan kapitalisasi pasar US$20 miliar. Sedangkan, sumber yang lain menyebutkan GoTO akan menjual unit internasionalnya di Singapura kepada Grab.
Adapun di Indonesia, GOTO akan menjual seluruh bisnisnya, kecuali segmen keuangan, kepada Grab.
Di sisi lain, pihak GOTO menyampaikan belum ada kesepakatan atau keputusan apapun yang diterima perseroan.
Corporate Secretary GOTO RA Koesoemohadiani mengatakan pihaknya mengetahui adanya spekulasi di beberapa media dan rumor yang bergulir kembali mengenai adanya rencana transaksi antara GOTO dengan Grab.
"Perseroan hendak memberikan klarifikasi bahwa dari waktu ke waktu Grup menerima penawaran-penawaran dari berbagai pihak," kata dia, Kamis (8/5/2025).
Menurutnya, menjadi kewajiban direksi untuk menjajaki secara menyeluruh dan mengevaluasi dengan cermat serta penuh kehati-hatian berbagai penawaran tersebut. Hal ini dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham GOTO, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi mitra pengemudi, mitra UMKM, pelanggan, karyawan dan seluruh pemangku kepentingan kunci.
Namun, lanjut Koesoemohadiani, sampai hari ini GOTO belum mencapai keputusan apapun terkait penawaran yang mungkin telah diketahui atau diterima oleh GOTO.
"Sebagaimana telah kami jelaskan pada keterbukaan yang kami sampaikan sebelumnya tertanggal 19 Maret 2025, belum ada kesepakatan antara GOTO dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi sebagaimana telah dispekulasikan di media massa," ujar Koesoemohadiani.
SPAI Wanti-wanti Ojol bakal Rugi Jika Grab dan Gojek Merger
Ketua SPAI Lily Pujiati menilai pengemudi ojek online (ojol) akan rugi jika Grab Holdings Limited mengakuisisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mochammad Ryan Hidayatullah
Editor : Andhika Anggoro Wening
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

19 jam yang lalu
Prospek IPO Diuji Pasang Surut Pasar Saham
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

38 menit yang lalu
Breaking: AS dan China Sepakat Turunkan Tarif Impor!

44 menit yang lalu
Waspada! PHK 10.000 Karyawan Panasonic Bisa Merembet ke RI
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
