Bisnis.com, JAKARTA — The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara serta China, Jepang, dan Korea Selatan atau disebut Asean+3 adalah sebesar 3,8% pada 2025 dan melemah ke 3,6% pada 2026.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan itu lebih rendah dibandingkan dengan laporan AMRO pada April 2025 yang meramalkan pertumbuhan sebesar 4,2% untuk tahun ini dan 4,1% pada 2026
Chief Economist AMRO Dong He menjelaskan perekonomian negara-negara Plus-3, yakni China, Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan diproyeksikan tumbuh sebesar 3,7%. Sementara itu, negara-negara Asean diproyeksikan tumbuh sebesar 4,4% pada tahun ini.
"Prospek ekonomi kawasan Asean+3 masih dibayangi oleh ketidakpastian yang signifikan, dengan eskalasi tarif impor oleh Amerika Serikat menjadi salah satu risiko paling menonjol," jelas Dong He dalam media briefing virtual pada Rabu (23/7/2025).
Dong menjelaskan Vietnam menjadi negara dengan kinerja pertumbuhan terbaik di antara negara Asean+3 lainnya pada 2025 dengan 7%. Menyusul di belakangnya adalah Filipina dan Kamboja dengan prediksi masing-masing 5,6% dan 5,2%.
Selanjutnya, Indonesia diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan ekonomi 4,8%, disusul China (4,5%), Laos (4,4%), Malaysia (4,2%), Singapura (2,3%), Thailand (2,1%), Hong Kong,China (2,1%), Brunei Darussalam (1,7%), Korea Selatan (0,7%), Jepang (0,7%), serta Myanmar yang diprediksi mengalami kontraksi ekonomi sebesar 1%.
Baca Juga
Dia melanjutkan, progres negosiasi tarif yang belum merata, ditambah potensi perluasan cakupan tarif ke lebih banyak produk, berisiko semakin mengganggu aktivitas perdagangan dan menekan laju pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Pada saat yang sama, Dong menuturkan ketegangan geopolitik yang terus berlangsung menambah kompleksitas situasi. "Selain itu, perlambatan ekonomi di AS dan Eropa yang lebih tajam dari perkiraan, serta kondisi keuangan global yang mengetat akibat suku bunga tinggi AS yang berkepanjangan, juga diperkirakan akan semakin membebani prospek pertumbuhan kawasan," jelasnya.
Meski demikian, Dong menyebut kawasan Asean+3 memasuki periode gejolak perdagangan global dari posisi yang relatif kuat dan tangguh. Hal tersebut tercermin dari langkah-langkah antisipatif yang dilakukan negara-negara kawasan ini.
"Sebagian besar pembuat kebijakan di kawasan telah bertindak lebih awal untuk meredam dampak guncangan perdagangan, dan ruang kebijakan masih tersedia untuk memberikan dukungan tambahan jika diperlukan," kata Dong.