Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Regasifikasi Mahal, Industri Kimia Protes Penurunan Kuota HGBT

Industri kimia Indonesia tertekan akibat penurunan kuota gas murah oleh PGN, memicu biaya tinggi dan ancaman produksi. APKIDA desak solusi adil dan pasokan stabil.
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ilustrasi infrastruktur pipa gas PGN/Dok. PGN
Ringkasan Berita
  • Industri kimia dasar anorganik di Indonesia mengalami kesulitan produksi akibat penurunan kuota gas industri murah (HGBT) sebesar 48% oleh PT PGN.
  • APKIDA mengkritik kebijakan penurunan kuota yang mendadak dan berharap ada solusi berkeadilan untuk mengatasi kelangkaan dan naik-turunnya tekanan gas.
  • Penurunan kuota gas dapat mengancam keberlangsungan industri kimia dasar dan meningkatkan ketergantungan pada impor, sehingga APKIDA mendesak pemerintah untuk menjadikan pasokan gas industri sebagai prioritas nasional.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Industri kimia dasar anorganik nasional mengaku kewalahan berproduksi akibat kelangkaan pasokan gas dan kebijakan penurunan kuota gas industri murah (HGBT).

Ketua Umum Asosiasi Produsen Kimia Dasar Anorganik Indonesia (APKIDA) Halim Chandra menilai pengumuman penurunan kuota HGBT sebesar 48% oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terlalu mendadak, sehingga merugikan pelaku industri.

"Kebijakan ini diberlakukan melalui surat PGN tertanggal 12 Agustus 2025, efektif sejak 13 Agustus 2025, tanpa memberikan ruang dan waktu bagi industri untuk melakukan penyesuaian operasional maupun perencanaan produksi," jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/8/2025).

APKIDA berharap ada solusi berkeadilan atas fenomena ini, termasuk penjelasan soal kelangkaan dan naik-turunnya tekanan gas.

Terlebih, pelaku industri bisa lebih boncos apabila masalah ini berlarut, karena setiap pemakaian di atas kuota akan dikenakan harga gas regasifikasi yang jauh lebih tinggi, yaitu US$14,95 per MMBTU. 

"Beberapa pabrik anggota kami mengalami penurunan tekanan gas dan perubahan jadwal suplai secara mendadak. Jadi ini bukan hanya soal harga, tapi soal kontinuitas produksi," tegas Halim.

Sebelumnya, beberapa media memang telah melaporkan bahwa PT PGN (PGAS) tengah mengalami tantangan dalam menyalurkan gas akibat keterbatasan pasokan. 

APKIDA menilai kondisi ini bisa berdampak serius terhadap industri kimia dasar, sektor yang menjadi fondasi bagi manufaktur nasional, mulai dari pupuk, tekstil, hingga baterai kendaraan listrik.

"Kalau masalah ini berlarut, kita bisa kehilangan momentum hilirisasi dan justru semakin bergantung pada impor produk kimia. Kami meminta pasokan gas industri dijadikan prioritas nasional, sebagaimana listrik," tambahnya.

Gas bumi adalah energi vital bagi industri, dan kebijakan yang tidak konsisten akan menggerus kepercayaan investor. Pemerintah harus segera bertindak untuk memastikan pasokan dan harga gas yang adil dan kompetitif.

APKIDA pun mendesak penghentian segera kebijakan pemotongan kuota HGBT secara sepihak, serta pemulihan pasokan sesuai alokasi Kepmen ESDM yang berlaku.

Selain itu, perlu transparansi mekanisme pasokan dan harga gas, termasuk rencana jangka panjang dan dialog terbuka antara pemerintah, PGN, dengan para asosiasi industri untuk mencari solusi berkeadilan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro