BISNIS.COM, JAKARTA—Meski sudah menyatakan terjadi penjualan 234 ha lahan industri di Jabodetabeka pada Kuartal I/2013, lebih dari 70% lahan industri tersebut belum tersedia saat ini.
“Hanya 26% yang merupakan real transaction. Artinya, lahan betul-betul sudah tersedia saat dilakukan pembelian,” kata Associate Director Research Colliers International Indoneisa Ferry Salanto, Rabu (17/4/2013).
Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat kebutuhan yang sangat tinggi, sementara itu pasokan lahan belum ada.
“Dari pada membeli lahan nanti dengan harga yang lebih tinggi, perusahaan lebih memilih membeli lahan saat ini, meski lahan tersebut belum tersedia,” ujarnya.
Colliers memperkirakan pasokan lahan industri baru pada tahun ini tidak akan banyak tersedia. "Kalaupun ada, pengembang akan cenderung memprioritaskan penyewa yang sudah ada yang berniat untuk melakukan ekspansi bisnis, dari pada memiliki penyewa baru."
Kenaikan harga lahan industri, sambungnya, diperkirakaan akan terus terjadi sepanjang tahun ini. Secara rata-rata, seluruh harga lahan industri mengalami kenaikan sekitar 30% dari kondisi Kuartal IV/2012.
Pihaknya mencatat harga rata-rata lahan industri tertinggi terdapat di Bekasi sebesar US$215/m2, selanjutnya di Bogor (US$206,3/m2), Karawang (US$170/m2), Serang dan Tangerang (US$139,3/m2).
