BISNIS.COM, JAKARTA—Kelompok negara pengekspor minyak (OPEC) mempertahankan target produksi untuk ketiga kalinya sebagai isyarat harga minyak US$100 per barel cukup untuk meningkatkan pendapatan negara anggotanya di tengah pemulihan ekonomi global.
OPEC, yang menyuplai sekitar 40% minyak mentah dunia, mempertahankan kuota produksinya 30 juta barel per hari pada pertemuan Senin (3/6/2013) di Wina, menurut laporan dari Menteri Perminyakan Venezuela, Rafael Ramirez usai konferensi OPEC sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (3/6/2013). Kelompok 12 negara tersebut akan kembali berkumpul pada 4 Desember mendatang.
Kelompok pengekspor minyak tersebut sengaja menghindar untuk mengambil tindakan bersama atas peningkatan suplai minyak, termasuk dari negara yang bukan anggota OPEC.
Selain itu, OPEC tampaknya harus mengembalikan produksinya ke jumlah yang disepakati sebelumnya untuk mencegah penurunan harga akhir tahun ini, menurut Citigroup Inc.dan Societe Generale SA.
Irak, produsen minyak terbesar selain Arab Saudi, akan meningkatkan produksi atas bantuan perusahaan asing termasuk BP Plc. Sementara suplai shale oil dari As mengancam peran OPEC di pasar minyaki mentah dunia.
“Ada konsesnsus di antara Arab Saudi dan sekutunya bahwa harga US$ 100 per barel merupakan harga terbaik,” ujar Abhishek Deshpande, analis dari Natixis SA di London melalui surat elektronik. Menurutnya, jika kelebihan pasok OPEC benar-benar mulai berdampak negatif pada harga minyak, diperkirakan Arab Saudi akan mengurangi produksi secara proaktif untuk memperkuat harga minyak tahun ini.