Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha berharap ‘tangan dingin’ Mahendra Siregar mampu menuntaskan sejumlah pekerjaan rumah di bidang investasi menyusul penunjukan dirinya sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Sejumlah PR itu, a.l. menarik investasi yang mampu menyubstitusi impor dan berorientasi ekspor serta mendorong investasi ke kawasan Indonesia timur.
Selama ini, peningkatan realisasi investasi di Tanah Air kerap diikuti oleh impor bahan baku dan barang modal yang tinggi karena pasokan kedua golongan barang itu belum dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Selain itu, investasi selama ini terkonsentrasi di wilayah barat karena infrastruktur di wilayah timur belum memadai.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Moneter, Fiskal dan Kebijakan Publik Hariyadi Sukamdani mengatakan tugas paling berat Mahendra adalah koordinasi antarinstitusi pemerintah dan memastikan kesepakatan yang sudah diambil terlaksana baik.
Mahendra, lanjutnya, perlu terus menagih hasil koordinasi dengan kementerian teknis terkait pembangunan infrastruktur untuk menjaga kepercayaan dan mengundang ketertarikan investor.
“Promosi untuk mendatangkan investor tidak berat bila pemerintah serius menjamin ketersediaan listrik, fasilitas pelabuhan dan airport yang baik, kondisi perburuhan yang kondusif serta jalan dan transportasi darat yang lancar,” tuturnya, Minggu (15/9/2013).
Sekjen Asosiasi Industri Aromatik, Olefin dan Plastik (Inaplas) Fajar D. Budiyono menuturkan BKPM harus intensif memberi masukan terhadap revisi aturan tax holiday dan tax allowance yang dikabarkan akan mempermudah syarat pengajuan insentif.
Kemudahan persyaratan, lanjutnya, berguna untuk mengundang investasi di bidang industri petrokimia hulu. Selama ini, industri petrokimia hilir di dalam negeri masih bergantung pada bahan baku impor, seperti polipropilena dan polietilena.
“Selain itu, BKPM perlu mendesak kementerian teknis untuk mengefektifkan nontariff barrier, seperti SNI (standar nasional Indonesia), untuk membendung impor,” katanya.