Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menyatakan program penghiliran industri berbasis pertanian (agro industri), khususnya karet masih belum maksimal dan terakselerasi.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan secara garis besar, program penghiliran berbasis agro industri sudah berjalan. Hanya saja, dia menilai programpenghiliran karet masih belum terakselesari. Padahal, program penghiliran merupakan program prioritas pemerintah sejak beberapa tahun belakangan.
“Untuk karet masih terhambat dan belum terakselerasi, padahal harusnya cepat,” kata Panggah kepada Bisnis, Sabtu (9/11/2013).
Panggah menjelaskan, karet bukanlah produk yang bisa berdiri sendiri sehingga harus di-mixed dengan karet alam atau chemical lainnya. “Sebenarnya sasaran yang besar itu barang-barang karet otomotif, meskipun untuk produk sarung tangan masih bisa didorong. Sekarang masalahnya ada pada ketersediaan gas, khususnya di Sumatera Utara.”
Meski begitu, lanjut Panggah, kinerja industri agro masih akan terus tumbuh tahun depan karena banyak proyek-proyek baru yang sudah mulai berproduksi. “Meski belum terlihat, program pernghiliran mulai dari CPO, karet, coklat, dan rotan akan terus didorong,” kata Panggah.
Adapun sejak 2012 hingga sekarang, rencana investasi yang mauk dari program penghiliran industri berbasis agro sudah mencapai US$3,3 miliar, terdiri oleh industri pengolahan CPOPT. Unilever Indonesia, Industri pengolahan karet ban PT. Hankook Tire Indonesia, dan Industri pengolahan kakao PT. Asia Cocoa Indonesia.
Selain itu, masih ada rencana pembangunan pabrik synthetic rubber (karet sintetis) yang akan dilakukan oleh produsen petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. bersama dengan Compagnie Financiere Michelin (Michelin). Pabrik yang nantinya bernama atau dikelola oleh PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) ini akan menghasilkan karet sintetis 120.000 ton per tahun.