Bisnis.com, JAKARTA - Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda dinilai kurang tepat karena berada di selat yang rawan gerakan seismik.
"Saya berpendapat pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) kurang tepat, yang seharusnya dibangun adalah moda perhubungan laut," kata Indra Jaya, Ketua Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia.
Dia menambahkan ketidaktepatan itu disebabkan karena lokasi jembatan yang akan dibangun, berada di daerah rawan gerakan seismik.
Hal itu membuat jembatan tersebut memerlukan biaya tinggi untuk perawatannya.
"Jangan dilupakan, Gunung Krakatau yang berada di kawasan Selat Sunda itu masih aktif hingga sekarang".
Berbeda dengan Jembatan Suramadu, karena dibangun di laut yang dangkal.
"Negara kita adalah negara kepulauan, jadi yang diperbanyak moda perhubungan laut, bukan darat".
Menurutnya, yang perlu dilakukan pemerintah adalah memperbanyak kapal-kapal agar masyarakat bisa terhubung dari satu pulau ke pulau lain.
"Jika hal itu terwujud, pembangunan tidak hanya di Jawa dan Sumatra saja, tapi merata ke pulau lainnya."
Pemerintah berencana untuk membangun Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra, ditargetkan pemancangan tiang pertama pada 2014. Namun kemudian gagal dilakukan.
Pembangunan jembatan sepanjang 29 kilometer itu masih terkendala karena belum ada titik temu mengenai pendanaan.(antara/yus)