Bisnis.com, JAKARTA - Mahalnya harga tanah dinilai sebagai salah satu hambatan dalam pengembangan rumah sederhana di Indonesia pada 2014.
Ketua Dewan Perwakilan Pusat (DPP) Apersi Eddy Ganefo mengatakan kendala harga tanah tersebut sebenaranya telah menghambat pengembangan rumah sederhana pada 2013.
“Terutama di beberapa kota besar dan area sekitarnya, seperti di Jabodetabek, Jawa Barat dan Bali,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (26/12/2013).
Namun, jelasnya, kebijakan Bank Indonesia dalam surat edaran No. 15/40/DKMP yang mulai berlaku pada 30 September 2013 yang mengatur penjualan rumah dengan sistem pesan (indent) serta pembatasan uang muka (loan to value) bagi pengajuan KPR kedua dan seterusnya dinilai cukup berhasil dalam mengerem kenaikan harga tanah.
Oleh karena itu, dia menyatakan pihaknya berharap regulasi tersebut dapat dipertahankan guna membantu pengembangan rumah sederhana di Indonesia.
“Ke depan ini, saya tidak tahu apakah itu [kebijakan BI] akan terus berlanjut? Kalau tidak harga tanah bisa semakin tinggi lagi. Dari sisi pengembangan rumah murah dan bersubsidi itu sangat membantu,” tegasnya.
Dia menambahkan hambatan lain yang menghambat pencapaian target tersebut adalah kondisi cuaca dengan curah hujan yang cukup tinggi. Dia menilai kondisi cuaca 2014 akan serupa dengan tahun ini.
“Saya rasa tahun depan masih akan sama dengan 2013, ini akan cukup menyulitkan,” terangnya.