Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan kerugian industri makanan dan minuman akibat banjir tidak serta-merta dijadikan kesempatan untuk menaikkan harga produk.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya mengimbau dan meminta kepada pengusaha industri makanan dan minuman untuk tidak menaikkan harga lantaran kejadian banjir merupakan peristiwa bencana dan hanya sementara.
“Pengusaha tidak ingin membebankan, ini kami anggap sebagai kerugian kami. Diperkirakan, cuaca ekstrem masih terjadi hingga Maret,” tambah Adhi, Selasa (21/1/2014).
Yang pasti, yang dilakukan pelaku usaha industri makanan dan minuman adalah fokus meningkatkan pasokan dan kapasitas agar masyarakat tidak kekurangan pasokan. Adapun produk air mineral dan mie instant merupakan produk yang paling tinggi permintaannya selama banjir.
“Di daerah itu stok sekitar 2 minggu-1 bulan, kami masih optimis tidak akan kekurangan pasokan.”
Sekretaris Jenderal GAPMMI Franky Sibarani mengatakan makanan dan minuman terbagi dua jenis, yakni makanan dan minuman segar, serta makanan dan minuman olahan.
Menurutnya, dampak paling besar terjadi pada pangan segar. “Soalnya kalau seperti sayur dan buah kalau tidak segera dikirim atau tertahan pasti busuk, tentu harus dibuang, sudah rugi industri,” kata Franky.
Sedangkan pangan olahan, masih dimungkinkan untuk diselamatkan karena masih dilindungi oleh kemasan. Namun, untuk pangan olahan, pengusaha juga merugi dari sisi biaya logistik. Menurut Franky, semakin lama barang terkirim, biaya logistik akan semakin tinggi. “Distribusi bisanya ke Jateng dari Jakarta hanya 1 hari, ini bisa dua kali lipat.”