Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peternak Rakyat Pesimistis Hadapi MEA 2015

Produsen unggas pesimistis menghadapi pasar bebas Asean 2015 akibat kebijakan pemerintah yang tidak memihak peternak kecil.
Ayam broiler/Bisnis.com
Ayam broiler/Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Produsen unggas pesimistis menghadapi pasar bebas Asean 2015 akibat kebijakan pemerintah yang tidak memihak peternak kecil.

Ketua Persatuan Pengusaha Unggas Indonesia (PPUI) Ashwin Pulungan mengatakan kondisi peternak rakyat saat ini sudah banyak yang bangkrut akibat tidak bisa berdaya saing dengan penanam modal asing (PMA).

Pihaknya menduga saat ini jumlah peternak rakyat di Indonesia hanya berjumlah 4.000-5.000 peternak.  “Jangankan menghadapi pasar bebas Asean, saat ini saja peternak rakyat sudah banyak yang bangkrut akibat pasar yang dikuasai PMA,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (26/2/2014).

Dia menyebutkan sekitar 75% industri perunggasan di Indonesia dikuasai asing. Kondisi ini sudah memicu banyak kerugian pada peternak rakyat sejak beberapa tahun terakhir.

Menurutnya, saat ini beberapa investor asal Malaysia sudah berekspansi ke Indonesia untuk menguasai sektor perunggasan yang terintegrasi mulai dari pembibitan hingga produksi. Dengan demikian, peternak rakyat akan semakin tertekan yang mengakibatkan kerugian.

“Jadi investor Malaysia itu bersaingnya nanti sama PMA yang lain, bukan peternak rakyat. Karena peternak rakyat sekarang saja sudah banyak yang jadi buruh dari industri perunggasan PMA.”

PPUI meminta pemerintah berusaha membangkitkan kembali sektor perunggasan peternak rakyat untuk menopang kebutuhan ekonomi nasional. Karena pada saat digulirkannya perdagangan bebas Asean peternak rakyat harus tetap tumbuh.

Sementara itu, Ketua Persatuan Peternak Ayam Nasional (PPAN) Herry Darmawan menilai untuk bersaing dengan daging ayam impor, seharusnya pemerintah dapat menjaga pasokan dari produsen dalam negeri dengan memakmurkan para peternak.

Mulai saat ini pemerintah harus memberi perhatian lebih terhadap peternak agar saat pasar bebas Asean, Indonesia mereka bisa bersaing. “Melihat jumlah pasokan yang dinilai jumlah daging ayam yang tersedia justru sangat berlebihan. Hal ini dapat dilihat dari harga yang ada justru tidak stabil,” katanya.

Ketidakstabilan ini menunjukan bahwa pasar yang menyerap jumlah pasokan daging ayam justru lebih sedikit dari ketersediaan.

Penyerapan pasar yang rendah sendiri dapat dilihat dari nilai konsumsi daging ayam per kapita per tahun di Indonesia yang masih kecil yaitu 7,5 kg. “Bahkan ketika nilai konsumsi daging ayam perkapita per tahun di Indonesia mencapai 10 kg saja, peternak di dalam negeri rasanya masih siap mendukung.” (Adi Ginanjar Maulana /Ria Indhryani)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper