Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjanjian Jual Beli PLN & PLTA Rajamandala Berlaku Efektif

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Rajamandala Electrical Power (REP) menandatangani Berita Acara Efektivitas Perjanjian Jual Beli (power purchase agreement/PPA) yang mempersyaratkan penutupan pembiayaan (financial closing) proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rajamandala.

Bisnis.com, JAKARTA—PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Rajamandala Electrical Power (REP) menandatangani Berita Acara Efektivitas Perjanjian Jual Beli (power purchase agreement/PPA) yang mempersyaratkan penutupan pembiayaan (financial closing) proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rajamandala.

Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan penutupan pembiayaan proyek berkapasitas 1x47 megawatt tersebut telah dilakukan pada 18 Agustus 2014 yang ditandai penarikan pinjaman yang pertama (first drawdown).

“Pembiayaan proyek dilakukan dengan skema International Project Financing,” katanya seperti dikutip Bisnis, Jumat (22/8/2014).

Pembiayaan proyek dilakukan melalui sindikasi Japanese Bank for International Cooperation (JBIC) dan Mizuho Bank Tokyo dengan masa pinjaman 19 tahun. Pinjaman pembiayaan proyek Rajamandala ini dilaksanakan tanpa adanya Jaminan Kelayakan Usaha (JKU) dari Pemerintah Indonesia.

Sebagai pengganti JKU dari Pemerintah, jelasnya, REP menggunakan jaminan yang diterbitkan oleh Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA). MIGA merupakan salah satu badan milik World Bank yang berpusat di Washington DC yang memberikan fasilitas asuransi investasi bagi pendanaan proyek PLTA Rajamandala.

“Penggunaan skema pembiayaan yang tanpa JKU dari Pemerintah Indonesia merupakan kemajuan yang sangat berarti bagi pembangunan pembangkit di Indonesia,” jelasnya.

Menurutnya, penggunaan sistem tersebut mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kepercayaan lender terhadap bisnis ketenagalistrikan di Indonesia. Sebelumnya, skema pembiayaan memerlukan keterlibatan Pemerintah secara langsung, namun sekarang menjadi tanpa keterlibatan Pemerintah secara langsung.

“Kami berharap cara ini dapat digunakan untuk proyek kelistrikan lainnya sehingga pembangunan kelistrikan dapat berjalan lebih cepat lagi,” ungkapnya.

Pembangunan PLTA Rajamandala akan menelan biaya US$150 juta di mana lender membiayai 75% dan sisanya dipenuhi dari ekuitas pemegang saham, yaitu Putra Indotenaga (51%) dan KPIC Nederland (49%).

Masa konstruksi PLTA Rajamandala diperkirakan selama 33 bulan yang dilaksanakan dengan pola full turnkey dan dijadwalkan akan mulai beroperasi secara komersial pada Mei 2017.

“Untuk tahap awal, skema ini masih digunakan untuk proyek dengan skala US$200 juta, namun ke depan tidak menutup kemungkinan akan digunakan juga pada proyek dengan skala yang lebih besar lagi,” paparnya.

PLTA Rajamandala akan dibangun di Sungai Citarum, Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. PLTA tersebut akan menghasilkan energi listrik rata-rata sebesar 181 Giga Watt hour (GWh) per tahun atau setara dengan produksi listrik yang dihasilkan oleh 70 juta liter BBM.

PPA untuk proyek ini telah ditandatangani pada 20 Agustus 2013 untuk masa kontrak 30 tahun masa operasi, dengan Skema BOOT (Bulit-Own-Operate-Transfer) di mana setelah masa kontrak berakhir PLTA Rajamandala akan diserahkan kepada PT PLN (Persero).  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fauzul Muna
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper