Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri sependapat dengan penilaian Kementerian Keuangan perekonomian RI harus berorientasi kepada penanaman modal baru di sektor pengolahan nonmigas.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja Benny Soetrisno mengatakan kunci dasar untuk mendatangkan investasi adalah penyederhanaan prosedur di berbagai lini, baik perizinan maupun proses pengajuan kelonggaran fiskal.
“[Untuk tarik investasi] pertama, perizinan harus dipermudah dan kedua adalah diberikan insentif fiskal. Dua ini saja,” tuturnya, Rabu (10/12/2014).
Insentfi fiskal yang diberikan kepada para investor tak lain adalah penghapusan pajak untuk jangka waktu tertentu (tax holiday), keringanan pajak (tax allowance), maupun pembebasan bea masuk impor untuk mesin industri.
Perangkat insentif fiskal tersebut dinilai cukup untuk memfasilitasi kebutuhan pemodal asalkan pelaksanaannya berjalan efektif. Selama ini istrumen insentif fiskal seolah tidak ampuh lantaran untuk proses mengurusnya lama dan berbelit.
“Selama ini urus insentif itu lama, jadi ini harus dipercepat. Selain itu belanja negara itu harus dimaksimalkan untuk belanja produksi dalam negeri,” ucap Benny.
Selain merangsang pertumbuhan industri melalui penanaman modal baru, pemerintah sendiri harus memegang peran penting dalam upaya perluasan pasar domestik. Hal ini dapat ditempuh melalui peningkatan alokasi belanja negara untuk produksi dalam negeri.
Sementara itu Menteri Perindustrian Saleh Husin tak memberikan terobosan segar untuk menggenjot investasi pada tahun depan. Dia hanya mengemukakan jawaban konvesional, yakni merangsang minat investor melalui kelonggaran pajak.
“Strategi kami dengan memberikan kemudahan-kemudahan melalui berbagai macam insentif, seperti tax holiday dan tax allowance,” katanya.
Sepanjang tahun ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mematok investasi sebesar Rp210 triliun berasal dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). Target kementerian meningkat jadi Rp271 triliun untuk tahun depan.
Apabila target investasi pada 2015 tercapai Kemenperin optimistis industri pengolahan nonmigas dapat tumbuh di kisaran 6,01%. Pada awal tahun ini sempat diasumsikan industri bisa tumbuh 6% tetapi kemudian dikoreksi menjadi tak lebih dari 5,6%.
“Pokoknya pertumbuhan industri harus di atas pertumbuhan ekonomi. Target investasi tahun depan [dan tahun ini] seharusnya bisa tercapai,” tutur Saleh.
Rekomendasi Kemenkeu
Ditemui seusai acara yang sama, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berpendapat pada tahun depan penjualan ke luar negeri belum dapat menjadi tumpuan bagi sektor pengolahan nonmigas. Pertumbuhan sektor ini tetap mengandalkan realisasi investasi.
“Ekspor belum bisa menjadi andalan pada tahun depan, maaf, karena harga komoditas sedang jeblok. Manufaktur daya saingnya juga terbatas. Jadi mau atau tidak investasi harus menjadi andalan,” kata dia.
Bambang mengemukakan komitmennya mendorong geliat industri nonmigas selama lima tahun ke depan. Perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang harus berbasis industri nonmigas. Ada tiga karakter industri yang diyakini bakal menjadi jagoan.
Pertama adalah industri nonmigas berbasis sumber daya alam, kedua industri manufaktur yang selama ini mampu meraja di pasar domestik, dan ketiga cabang industri yang terkait dengan program besar pemerintah.
Contoh industri pengolahan nonmigas berbasis sumber daya alam adalah sektor agro dan tambang. Dua cabang industri inipun telah dipastikan Kemenperin akan menjadi sektor andalan pada tahun depan seperti halnya tahun ini dan pada 2013.
Sektor yang dinilai mampu menguasai pasar dalam negeri, misalnya, otomotif. Industri seperti ini dianggap paling siap untuk memperlebar pangsa di pasar global. Bambang menilai tinggal satu langkah lagi setelah mendominasi market domestik menuju peningkatan pangsa pasar ekspor.
“Untuk industri yang terkait dengan program besar pemerintah pertama itu misalnya terkait program membangun 35.000 megawatt pembangkit listrik dan memperkuat kemaritiman,” ucap dia.
Pelaksanaan program 35.000 megawatt listrik harus mampu merangsang geliat industri di sektor peralatan kelistrikan, seperti boiler, trafo, alat transmisi dan suku cadang listrik lain. Pemenuhan komponen-komponen ini dari dalam negeri sekaligus mengikis impor.
Sementara itu, terkait penguatan sektor maritim, imbuh Bambang, kaitannya tak lain dengan infrastruktur pelabuhan. Untuk menghubungkan antarpelabuhan jelas diperlukan kapal. Oleh karena itu daya saing dan produktivitas industri galangan kapal nasional harus ditingkatkan, misalnya dengan memberikan insentif fiskal.