Bisnis.com, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memastikan kesanggupan menambah kapasitas daya listrik 35.000 MW dalam 5 tahun.
Direktur Utama PLN Nur Pamudji membenarkan butuh investasi Rp545 triliun untuk merealisasikan pembangunan pembangkit listrik baru berkapasitas 35.000 MW. Nilai investasi yang fantastis itu akan dipenuhi dari belanja modal perseroan, pinjaman lembaga multilateral dan bilateral, serta menggaet pihak swasta.
"Namanya BUMN kalau ditugasi negara harus sanggup. Kalau soal pembagian PLN dan IPP [independent power producers] masih fleksibel, angkanya kan masih diolah," ujarnya di Istana Wakil Presiden, Jumat (12/12).
Pembangunan pembangkit baru berdaya listrik 35.000 MW, lanjut Nur Pamudji, merupakan konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi nasional."Kalau ekonomi tumbuh 6%, konsumsi listrik tumbuh 8,4%. Maka pembangkitnya harus tambah 35.000 MW," katanya.
Terkait besaran penyertaan modal negara (PMN) yang diproyeksi Bappenas sebesar Rp132 triliun, Bos PLN ini belum memberikan kejelasan. Namun, merujuk dokumen APBN, besaran PLN yang digulirkan kepada BUMN paling besar hanya Rp2 triliun/tahun."Belum, itu nanti. Belum ada rinciannya, totalnya saja dulu," katanya.
Nur Pamudji mengakui 70% dari pembangkit listrik baru akan menggunakan bahan bakar batu bara. Batu bara dipilih lantaran dinilai paling murah dan pasokannya tersedia. "Kalau pembangkit 2.000 MW pakai biomassa nanti hutannya habis," imbuhnya.
Terkait PMN ke BUMN kelistrikan itu, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan PMN akan disalurkan secara bertahap dalam beberapa tahun."Kan bisa berasal dari macam-macam sumber, dari pemerintah bisa, dari mengajak private sector juga bisa," kata Bambang.