Bisnis.com, JAKARTA—Realisasi pengadaan gabah kering panen oleh Bulog dibawah harapan pemerintah lantaran kualitas panen tidak sesuai dengan yang diatur dalam Inpres No.3/2012.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pada tahun ini, pemerintah melalui Bulog akan menyerap 2,7 juta ton GKP dari petani. Namun, hingga awal kuartal II/2015, realisasinya masih rendah.
"Bulog sudah menyerap tetapi masih belum terlalu besar, karena syarat yang ditetapkan dalam Inpres pengadaan beras tidak tercapai," kata Sofyan usai Rapat Kabinet di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (6/4).
Rapat tersebut turut dihadiri oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menteri Perindustrian Saleh Husin, dan Kepala Bulog Lenny Sugihat.
Sofyan menjelaskan dalam Inpres No.5/2015, GKP, GKG, dan beras yang diserap Bulog harus sesuai dengan kualitas tertentu. Kualitas tersebut, a.l. kadar air, kadar menir, kadar kotoran, dan kadar butir patah.
Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No.5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, GKP dengan kadar air 25% dan kotoran 10% dibeli seharga Rp3.700/Kg di petani, Gabah Kering Giling dengan kadar air 14% dan kotoran 3% dibeli seharga Rp4.600/Kg di penggilingan, sedangkan beras dengan kadar air 14%, butir patah 20%, kadar menir 2%, dan derajat sosoh minimum 95% dibeli seharga Rp7.300/Kg.
"Target pengadaan Bulog 2,7 juta ton, realisasinya mungkin baru ratusan ribu ton per hari ini. Bulog jaga kualitas," imbuh Sofyan.
Salah satu penyebab rendahnya penyerapan Bulog, lanjutnya, adalah tingginya curah hujan, kualitas yang tidak sesuai spesifikasi, dan panen raya yang mundur ke April 2015.
Kendati kualitas panen petani lebih rendah dari spesifikasi yang diatur Inpres, pemerintah justru meningkatkan target serapan Bulog menjadi 4 juta-4,5 juta ton.
"Jadi 1,3 juta ton sisanya itu diperoleh dari pengadaan komersial. Karena kita harap Bulog bisa jadi pemain di pasar," imbuh Sofyan.