Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto berpendapat peningkatan produktivitas dan bertambahnya konsumsi dalam negeri, harga karet alam Indonesia tidak akan banyak ditentukan oleh pihak luar.
“Harga karet kita sangat jatuh, sekarang US$1,5/kg. Salah satu penyebabnya adalah jatuhnya harga minyak, yang menjadi bahan dasar karet sintetis sebagai kompetitor karet alam. Faktor lainnya adalah oversuplai,” kata Unggul.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sambungnya, BPPT sudah bekerja sama dengan Jepang untuk memperbaiki dari sisi hulu.
Menurutnya, luas lahan karet Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan 3,4 juta hektar. Tetapi produksinya hanya dua pertiga dari Thailandyang mencapai 1,7 ton per hektar. Sementara Indonesia hanya mencapai 1,1 ton per hektar.
“Dengan rekayasa bioteknologi tanaman karet. Kita harapkan 5 tahun ke depan, produktivitas kita akan naik, sehingga petani karet kita akan bisa lebih banyak mendapatkan untung,” katanya.
Sementara dari sisi hilir, BPPT juga menjajaki kerjasama dengan Gajah Tunggal untuk membuat ban pesawat. Produk tersebut mempunyai spesifikasi yang sangat tinggi sehingga selama ini masih diimpor.
“Jika ita bisa memproduksi sendiri ban pesawat itu sangat baik, bisa meningkatkan penyerapan karet alam. Mudah-mudahan produktivitas dan konsumsi kita bisa meningkat, sehingga harga karet kita tidak banyak ditentukan oleh pihak luar. Sekarang ini 80% karet kita diekspor.”