Bisnis.com, JAKARTA--Indonesia kehilangan asa untuk tumbuh lebih tinggi dibanding tahun lalu akibat rontoknya seluruh komponen pertumbuhan.
Belanja dan investasi pemerintah yang digadang-gadang menjadi motor pertumbuhan justru menjadi sumber sentimen negatif.
Dalam Indonesia Economic Quarterly (IEQ) edisi Juli 2015, Bank Dunia merevisi turun secara drastis proyeksi laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional tahun ini menjadi 4,7% dari proyeksi sebelumnya 5,2%.
Langkah World Bank ini mengikuti sejawatnya, International Monetary Fund (IMF), yang melakukan revisi dari 5,2% ke 4,7%, Asian Development Bank (ADB) dari 5,5% menjadi 5%.
Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia, menyatakan ekspektasi kinerja perekonomian yang dipasang oleh pemerintah dan diharapkan publik terlalu tinggi. Lebih-lebih, karena ada pencabutan subsidi BBM.
"Tapi sayangnya, kenyataannya perekonomian justru lebih lambat dari yang diperkirakan," tutur Diop, Rabu (8/7/2015).
Selain itu, World Bank mengestimasi seluruh asumsi makroekonomi versi pemerintah akan meleset.
Penerimaan perpajakan diperkirakan hanya Rp1.165 triliun yang berarti shortfall menembus Rp296 triliun, naik ketimbang estimasi sebelumnya yang hanya Rp282 triliun.
Belanja pemerintah diprediksi hanya Rp1.760 triliun atau hanya 88,7%, turun dari proyeksi Maret 2015 yakni 89,41%, sementara estimasi defisit anggaran tetap 2,5% terhadap PDB setara Rp294 triliun.
Dari aspek transaksi berjalan, defisit akan bergerak ke kisaran 2,7%, sedikit berbeda dengan estimasi Bank Indonesia yaitu 2,5% atau US$21 miliar.