Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit kaki gajah atau filariasis yang dapat mengakibatkan cacat tetap bagi penderitanya, hingga kini masih ditemukan di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis nyamuk yang mengandung larva atau bahasa latinnya microfilariasis masih mengancam masyarakat modern yang menguasai teknologi untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit tersebut.
Filariasis merupakan penyakit yang mengenai saluran kelenjar limfa (getah bening).
Penyakit tersebut dapat menyerang semua golongan umur dan dapat menimbulkan kecacatan menetap, stigma sosial, hambatan psikologis, sumber daya manusia (SDM) menurun dan kerugian ekonomi.
Gejala klinis filariasis pada tahap awal (akut), yakni demam berulang lebih dari satu sampai dua kali setiap bulan bila bekerja berat, tetapi dapat sembuh tanpa diobati dan timbul benjolan dan terasa nyeri pada lipatan paha atau ketiak tanpa ada luka, terjadi pembengkakan pada kaki, tangan, skrotum, dan sebagainya.
Gejala pada tahap lanjut (kronis), yakni pembesaran yang timbul pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara, atau alat kelamin wanita dan lama-kelamaan pembesaran tersebut menjadi cacat menetap.
Upaya pemberantasan penyakit kaki gajah atau filariasis terus dilakukan oleh pemerintah pusat hingga kabupaten dan kota dengan target pada tahun 2020 penyakit tersebut tidak ditemukan lagi di negara ini.
Salah satu pemerintah daerah yang serius memberantas penyakit kaki gajah itu adalah Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Pemkab Musi Banyuasin memberikan perhatian yang relatif cukup besar dalam memberantas penyakit kaki gajah karena masih cukup banyak warganya yang terjangkit penyakit tersebut.
Mikrofilaria di Kabupaten Musi Banyuasin mencapai di atas 1 persen. Hal ini berarti menunjukkan masyarakat kabupaten tersebut berpotensi terserang penyakit kaki gajah (filariasis).
Kepala Dinas Kesehatan Musi Banyuasin dr. Sriwijayani, M.Kes. menjelaskan bahwa filariasis merupakan penyakit menular yang menjadi masalah daerah ini dan di Indonesia secara umum.
Guna mencegah penyebarluasan penyakit tersebut, pihaknya gencar menjalankan program antisipasi dan pengobatan filariasis.
Dalam rangka pencegahan penyakit kaki gajah dan pengobatan itu, jajaran Dinas Kesehatan gencar melakukan sosialisasi mengenai cara mencegah serangan penyakit tersebut dengan pemberian obat massal pencegahan (POMP).
Selain itu, dilakukan pemeriksaan darah pada jari dan tangan, advokasi, sosialisasi, dan pemberian obat kepada masyarakat.
Kegiatan POMP filariasis kepada masyarakat, pemeriksaan darah, dan sosialisasi, serta kegiatan lainnya hingga pelosok desa bertujuan memberikan penjelasan secara perinci mengenai penyakit tersebut serta langkah pencegahannya.
Melalui upaya tersebut diharapkan masyarakat di daerah ini dapat melakukan berbagai upaya pencegahan penyakit tersebut yang pada akhirnya penyakit filariasis dapat diberantas hingga tuntas.
"Program antisipatif untuk melindungi masyarakat dari penyakit tersebut selaras dengan program nasional, yakni mewujudkan eliminasi filaria pada tahun 2020," kata Kadinkes Musi Banyuasin.
Sementara itu, Ketua Nasional Program Eliminasi Filariasis I Nyoman Kadun ketika melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Musi Banyuasin mengatakan bahwa filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui nyamuk.
Penyakit kaki gajah menjadi perhatian pemerintah karena hingga kini tersebar hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Filariasis perlu diberantas karena berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia, dapat menimbulkan kecacatan tetap, stigma sosial di tengah masyarakat, serta hambatan psikologis dan kerugian ekonomi.
"Kabupaten Musi Banyuasin mikrofilaria di atas 1 persen. Bila mikrofilarianya di atas 1 persen, harus dilakukan join plan eliminasi filaria dengan kabupaten tetangga. Bila tidak demikian, akan ada saling kirim filaria," jelasnya.
Menurut Kadun, filaria bisa ditularkan oleh seluruh nyamuk, tempat perindukan nyamuk, antara lain sawah, saluran air, rawa-rawa, dan tanaman air.
Tahap awal (akut) penyakit filariasis ditandai dengan demam berulang lebih 1--2 kali setiap bulan bila bekerja berat. Meski demikian, dapat sembuh tanpa diobati.
"Penderita filariasis mengalami benjolan dan terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa ada luka," katanya.
Bulan Eliminasi Filariasis Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, akan memanfaatkan Bulan Eliminasi Filariasis secara maksimal untuk melindungi masyarakat dari penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria dan menular melalui gigitan nyamuk.
Bulan Eliminasi Filariasis/Kaki Gajah (Belkaga) yang akan dicanangkan pemerintah secara nasional pada bulan Oktober 2015 merupakan momentum yang tepat untuk berjuang secara maksimal membebaskan Bumi Serasan Sekate ini dari penyakit tersebut.
Untuk memberantas penyakit kaki gajah, kata Sekda Musi Banyuasin Drs. Sohan Majid, pihaknya mendukung upaya yang akan dan sedang dilakukan jajaran Dinas Kesehatan setempat secara maksimal dengan melibatkan seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
"Filariasis merupakan penyakit yang serius di dunia maupun di Kabupaten Musi Banyuasin. Oleh karena itu, tidak ada pilihan harus serius diatasi, terlebih sektor kesehatan dan pendidikan adalah prioritas untuk mewujudkan Permata Muba 2017," ujar Sekda.
Untuk memberantas penyakit kaki gajah dan menyukseskan Belkaga itu, pihaknya memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan Musi Banyuasin dr. Sriwijayani untuk bersama jajarannya yang tersebar hingga pelosok desa di 14 kecamatan, melakukan berbagai persiapan, dan gencar menyosialisasikan kegiatan tersebut.
Belkaga bertujuan terselenggaranya kegiatan pemberian obat pencegahan massal (POPM) filariasis terhadap seluruh penduduk sasaran di kabupaten/kota endemis filariasis secara serentak di seluruh wilayah Indonesia dengan cakupan pengobatan yang tinggi dan merata agar terhentinya secara efektif mata rantai penularan filariasis di Tanah Air.
Pemberian obat massal pencegahan penyakit kaki gajah untuk tahap ketiga di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, kata Kadinkes, sesuai dengan surat dari Kementerian Kesehatan RI tentang dukungan pelaksanaan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) Nomor : Tv.05.01/ D.I /IV.4/509/2015 tentang Percepatan Pencapaian Eliminasi Filariasis di Indonesia.
Kabupaten Musi Banyuasin salah satu kabupaten yang endemis filariasis dengan ditemukannya 12 kasus kronis filariasis yang tersebar di beberapa kecamatan.
Untuk mencegah terjadinya penularan filariasis dilakukan pemberian obat massal pencegahan filariasis, dan peran serta dari semua pihak menyukseskan pemberian obat massal itu.
Tidak semua orang bisa meminum obat itu karena ada beberapa faktor kondisi tubuh terpaksa masyarakat harus menunda mengonsumsinya, di antaranya untuk ibu hamil, anak kurang dari dua tahun, penderita penyakit kronis, penderita darah tinggi, dan usia di atas 70 tahun.
Sementara itu, Ketua Nasional Program Eliminasi Filariasis I Nyoman Kadun menambahkan bahwa tujuan umum eliminasi filariasis adalah agar penyakit kaki gajah tidak menjadi masalah kesehatan Indonesia pada tahun 2020.
Strategi program memutuskan mata rantai filariasis dengan pemberian obat massal pencegahan (POMP) dan upaya pemberantasan lainnya akan terus digalakkan.
Melalui Belkaga serta berbagai dukungan pemerintah pusat, perjuangan Pemkab Musi Banyuasin memberantas penyakit tersebut bisa berjalan sukses dan upaya mengeliminasi filariasis di Indonesia dapat diwujudkan lebih cepat dari target yang ditetapkan.