Bisnis.com, BOGOTA- Bank Sentral Kolombia secara tidak terduga menaikkan suku bunga acuan di negara itu setelah lebih dari setahun terjadi penurunan nilai mata uang peso sehingga menyebabkan terjadinya inflasi tertinggi sejak 2009.
Dikutip dari Bloomberg, Minggu (27/9), Gubernur Bank Sentral Kolombia, Jose Dario Uribe mengatakan pada akhir pekan lalu tujuh anggota dewan gubernur dari bank sentral itu, secara meyakinkan, telah menaikkan tolak ukur suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.
Keputusan telah diperkirakan oleh 12 dari 38 analis yang disurvei oleh Bloomberg di mana mereka memprediksi terjadi kenaikan setengah poin dan analis lainnya yakin acuan suku bunga tetap pada titik 4,5%.
“Risiko akibat penaikan terakhir ini telah meningkat, sementara risiko dari perlambatan berlebihan kegiatan ekonomi tidak berubah secara signifikan. Peningkatan ini koheren dengan inflasi konvergen ke target 3%,” kata Uribe.
Inflasi di negara itu berakselerasi ke level 4,74% pada bulan lalu, yang merupakan pergerakan tercepat sejak 2009, diakibatkan pelemahan terhadap mata uang peso menyebabkan barang impor menjadi semakin mahal.
Bank sentral mengatakan telah menganalisis mulai dari kejatuhan nilai peso ke harga kebutuhan dan fenomena cuaca El Nino bisa menunda konvergensi inflasi sesuai dengan target bank sentral yakni sebesar 3%.
Berdasarkan perkiraan bank sentral, perekonomian Kolombia tahun ini bakal bertumbuh sebesar 2,8% yang merupakan pertumbuhan terlemah sejak krisis 2008, meski tetap saja melampaui pencapaian pertumbuhan di negara-negara tetangga.
Nicholas Spiro, managing director pada Spiro Sovereign Strategy mengatakan penaikan suku bunga acuan mungkin bukan merupakan start yang agresif dari siklus kenaikan.
“Sudah jelas bahwa bank sentral khawatir tentang depresiasi peso dan memilih untuk bertindak sekarang dalam mode preemptive untuk mencegah pengetatan lebih agresif,” ujarnya.
Mata uang peso pada bulan lalu terdepresiasi hingga mencapai rekor 3.261 per dolar AS. Mata uang ini mengalami penurunan nilai tukar sebesar 35% selama 12 bulan terakhir, terbesar setelah rubel Rusia dan real Brasil. Rate itu muncul setelah penutupan pasar mata uang di Bogota.
Menteri Keuangan Mauricio Cardenas yang juga merupakan anggota dewan bank sentral mengumumkan bahwa pemerintah telah merevisi perkiraan pertumbuhan perekonomian nasional menjadi 3,3% dari perkiraan sebelumnya yakni 3,6%. Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi akan berakselerasi menjadi 3,5% pada 2016.
“Langkah ini merupakan tanda yang sangat spesifik dan konkret sehingga tidak ada keraguan tentang komitmen bank sentral terhadap target inflasinya,” ujarnya.