Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Darmin Nasution: Soal Harga Premium sedang Direkalkulasi

Seusai rapat dengan Presiden Joko Widodo, Darmin mengungkapkan arahan Presiden untuk mempelajari beberapa jenis tarif dan harga yang berimbas langsung dengan daya beli masyarakat dan ongkos produksi dalam negeri. Salah satunya, harga BBM jenis Premium.
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke mobil, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015)./JIBI-Rachman
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) ke mobil, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan rekalkulasi harga bahan bakar minyak jenis Premium antara lain didasarkan pada perkembangan harga minyak mentah dan kurs rupiah terhadap dolar AS.

Seusai rapat dengan Presiden Joko Widodo, Darmin mengungkapkan arahan Presiden untuk mempelajari beberapa jenis tarif dan harga yang berimbas langsung dengan daya beli masyarakat dan ongkos produksi dalam negeri. Salah satunya, harga BBM jenis Premium.

"Yang pertama sebetulnya harga crude-nya seperti apa. Kalau rupiahnya menguat ya ada peluang, tapi saya pikir lebih baik disimpulkan kalkulasi dijalankan," kata Darmin di Kantor Presiden, Kamis (1/10/2015).

Darmin mengakui penurunan harga minyak mentah dunia ke kisaran US$40 per barel menjadi salah satu alasan untuk menghitung ulang harga keekonomian Premium yang saat ini ditetapkan Rp7.400/liter untuk daerah Jawa, Madura, dan Bali.

Di sisi lain, terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat menyentuh level Rp14.700/US$. Akibatnya harga impor minyak Pertamina menjadi lebih tinggi apabila dikonversi ke dalam mata uang rupiah.

"Tidak berarti mengatakan sudah pasti turun, pokoknya akan dipelajari. Kalau terbuka kesempatan itu, ya akan kita lakukan," ujarnya.

Dalam jangka menengah dan panjang, imbuh Darmin, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan Pertamina untuk meningkatkan efisiensi dan ongkos produksi Premium. Dua di antaranya adalah membangun kilang baru dan menyerap lebih banyak minyak mentah produksi dalam negeri sehingga volume impor menurun.

"Pertamina menyebutkan permintaan untuk membangun kilang ada beberapa serius dan kapasitasnya besar. Itu kalau kita kelola dengan baik investasinya, itu akan mendatangkan efisiensi," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper