Bisnis.com, JAKARTA—Turunnya harga solar sebesar Rp200 yang semula Rp6.900 menjadi Rp6.700 tidak akan memberikan dampak penurunan biaya transport ataupun biaya logistik.
Wakil Ketua DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sugi Purnoto menegaskan penurunan tersebut hanya membuat bisnis angkutan truk akan menemui ajal dimana kini sudah mengalami kerugian hingga 30%-35%.
“Walaupun turun Rp200 pengguna jasa logistik tetap minta turun tarif, padahal semua harga naik dan ini membuat kami semakin tidak bisa bernafas,” tegasnya, Senin (12/10/2015).
Menurutnya, penurunan BBM tersebut lebih baik diperuntukkan hanya pada premium saja yang mana paling banyak dikonsumsi masyarakat menengah kebawah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penurunan tersebut juga tidak akan memberi dampak apa-apa terhadap perubahan daya beli tersebut.
“Kalau cuma Rp200 tidak akan terasa pengurangannya. Penurunan yang sedikit itu malah akan membuat bisnis angkutan truk mati karena dituntut konsumen menurunkan tarif juga,” paparnya.
Dia mengatakan perusahaan seperti Jepang dan Korea akan memaksanya untuk menurunkan tarif juga. Padahal, komponen dalam angkutan truk tidak hanya diliputi oleh BBM saja. Seperti, biaya spare part, ban, operasional dan supir, hingga tarif tol yang mana harganya mengikuti tarif BBM per tanggal 19 November 2014 yakni di harga Rp7.500. Tidak lupa juga peningkatan Pph hingga 2% per agustus untuk tkp dan 4% non tkp.
“Komponen lain itu tidak akan turun harganya, sedangkan komponen BBM tidak berpengaruh banyak apabila turun sedikit. Kalau customer minta turun harga, matilah kita menanggung beban komponen lainnya,” tegasnya.