Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri sawit di Tanah Air siap memaparkan keberhasilan skema kemitraan antara petani dengan korporasi melalui pola inti-plasma dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Paris, Prancis.
Skema kemitraan antara korporasi dengan petani di Indonesia dalam pengembangan industri sawit terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan produktivitas perkebunan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Melalui kemitraan, para petani kelapa sawit mendapatkan pendampingan yang intensif tentang teknik-teknik pengelolaan kebun lestari termasuk menerapkan kebijakan tanpa bakar (no burn policy) yang secara langsung dapat berdampak pada aspek perubahan iklim.
Managing Director Asian Agri Kelvin Tio dalam materi presentasinya kepada Bisnis.com, Selasa (1/12/2015) menyampaikan perusahaan telah menggandeng kemitraan dengan tak kurang dari 29.000 petani sawit di Riau dan Jambi.
Lahan yang dikelola oleh mitra perusahaan itu mencapai 60.000 ha dengan produktivitas hampir 250.000 metrik ton per tahun.
Skema kemitraan tersebut telah berjalan selama lebih 28 tahun dan telah menghasilkan banyak manfaat ekonomi serta lingkungan. Asian Agri dalam konsep pengembangannya melibatkan sedikitnya 200 tim internal untuk melakukan pendampingan kepada para petani plasma.
Mereka dibekali dengan berbagai macam pengetahuan mengenai sistem tanam dan tata kelola perkebunan sawit yang mengedepankan aspek keberlanjutan serta perlindungan lingkungan.
Hal itu ditandai dengan berbagai sertifikasi keberlanjutan yang diperoleh para petani yang tergabung dalam mitra Asian Agri.