Bisnis.com, JAKARTA - Pemilik armada Uber, Aryanto Benediktus menyatakan pihaknya sudah mempersiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi kemungkinan demonstrasi dari perusahaan transportasi darat besok, Senin (21/3/2016) karena belum ada kesepakatan yang jelas terkait status hukum transportasi online.
Bila besok demonstrasi benar dilakukan, maka kami yang sudah tergabung dalam driver Uber dan Grab Car sudah berkoordinasikan agar saling memberikan laporan untuk melindungi satu sama lain, jelas Ary kepada Bisnis.com, Minggu (20/3/2016).
Ary menyatakan, perkumpulan driver Uber dan Grab Car ini juga tengah mencari tahu Koperasi Trans Uber yang mengatasnamakan diri sebagai perkumpulan driver Uber.
Menurutnya koperasi ini perlu memiliki status yang jelas mengingat Kementerian Koperasi dan UKM juga baru saja meminta taksi online bergabung sebagai perusahaan jasa rental. Pasalnya, Koperasi Trans Uber memberikan sejumlah insentif bagi taksi online, karena koperasi itu memungut biaya Rp25000 per minggu.
"Kami juga mencari tahu soal Koperasi Trans Uber ini dan bagaimana mekanisme kerjanya," sambung Ary.
"Untuk memperkuat organisasi kami akan membentuk 50 orang driver untuk mengoordinasikan grup secara sistematis dalam mensosialisaiskan informasi dari manajemen kami."
"Tak hanya itu, kami juga membentuk statgas untuk menangani penyerangan anarkis secara cepat, jelas Ary.
Pemilik armada Uber lainnya, Ita Tarigan menegaskan polemik antara angkutan darat dengan transportasi online bisa diselesaikan dalam waktu singkat jika pemerintah mampu mendengarkan kebutuhan masyarakat.
"Silahkan di cek, rakyat lebih memilih Uber dan Grab atau taksi biasa? Kalau mau bersaing sehat, tingkatkan layanan, buat sopir sejahtera, dan turunkan tarif taksi," kata Ita saat dihubungi Bisnis.com.
Sebelumnya, Direktur Blue Bird Group Holding Sigit Priawan Djokosoetono mengatakan kehadiran aplikasi online untuk transportasi membantu peningkatan kuantitas penggunaan dan pemesanan taksi online.
Sigit tak menampik bahwa kehadiran aplikasi juga meningkatkan penggunaan aplikasi online Blue Bird yang tersedia di Blackberry. Oleh sebab itu. Blue Bird pun tengah menyusun inovasi bisnis bagi perusahaan berlambang burung biru itu.
Persaingan ini disebut Sigit tak hanya tentang persaingan harga melainkan juga persaingan aplikasi yang mendorong rasa kompetitif perusahaan untuk bergerak maju karena aplikasi diakses dengan mudah.
Kami semakin ingin memberikan layanan terbaik juga dengan menurunkan biaya. Misalnya saja, cost murah dengan pemakaian BBG [Bahan Bakar Gas] tetapi wacana itu masih terbentur masalah infrastruktur, tetapi setidaknya kami mulai merancang inovasi baru, jelas Sigit dalam konferensi pers, Jumat (18/3/2016) lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Sigit juga menegaskan ketidakmungkinan kerjasama antara aplikasi online dengan perusahaan transportasi.
Sigit menyebut perusahaan aplikasi tidak bisa dengan mudah menempel dengan Blue Bird. Menurutnya, penyatuan dua perusahaan memerlukan mekanisme yang panjang dan banyak aspek yang harus dilihat.
"Sekalipun kami juga memiliki angkutan plat hitam seperti aplikasi online, tetapi kami ada tanda uji KIR, kami juga bayar pajak, dan itu totalnya hanya mungkin 5% dari total berbagai jenis armada kami sebanyak 40.000 kendaraan seluruh Indonesia," ungkap Sigit.
Sigit hanya berharap Kementerian Perhubungan bisa mengoordinasikan peraturan secara adil atau fair play. Sembari menunggu ketegasan regulasi dari pemerintah, Blue Bird Group akan melakukan perbaikan kinerja, dan sistem pelayanan.
"Ini bukan masalahnya, bukan masalah aplikasi tetapi masalah harga. Masalah kenyamanan juga tidak, ada kok, kami memiliki kenyamanan dan differensiasi bisnis yang jelas karena pelayanan kami berbeda," katanya lagi.
Sigit menyatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya permasalahan antara Blue Bird dengan aplikasi online kepada pemerintah. Menurutnya, Blue Bird sudah memenuhi peraturan resmi pemerintah, tidak seperti aplikasi online.
"Oleh sebab itu karena kami ikuti aturan pemerintah, tarif Blue Bird tidak bisa turun seenaknya. Impact dari aplikasi memang ada tetapi tidak signifikan," tuturnya.
Terkait demonstrasi kemarin, Sigit pun mengaku tidak bisa menahan gejolak unjuk rasa dari para sopir. Menurutnya, aksi unjuk Senin pekan lalu sepenuhnya adalah aspirasi dari serikat pekerja. Sigit pun berkata hal itu adalah tindakan solidaritas antar sesama sopir taksi dan angkutan darat.