Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja industri di China turun dalam dua bulan berturut-turut. Pemerintah pun bersiap untuk mengintensifkan upaya untuk mengendalikan persaingan yang menekan harga dan memperparah dampak tarif AS.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (27/7/2025), berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China, laba sektor industri turun 4,3% pada bulan lalu dari awal tahun setelah terkontraksi 9,1% pada Mei 2025. Dari sini, kinerja industri Negeri Tirai Bambu tersebut turun 1,8% pada semester I tahun ini.
Sementara itu, sebelumnya Bloomberg Economics telah memperkirakan penurunan sebesar 8% secara tahunan pada Juni tahun ini.
Penurunan laba yang berkepanjangan menunjukkan urgensi untuk mengekang persaingan yang ketat antar perusahaan, yang dijuluki "involusi" di China, karena pemerintah berupaya mengurangi tekanan deflasi dalam perekonomian yang menderita akibat lemahnya permintaan domestik.
Ekspor ke AS anjlok setelah tarif Presiden Donald Trump menaikkan biaya penjualan barang di pasar konsumen terbesar di dunia, yang kemungkinan semakin menekan margin keuntungan produsen China.
Sementara, pengangkutan yang lebih kecil merusak kepercayaan bisnis dan dapat membuat perusahaan lebih enggan untuk berinvestasi dan merekrut.
Baca Juga
Para pejabat China berjanji pada pertemuan penting awal bulan ini untuk menindak persaingan harga rendah yang tidak teratur dan menghentikan kapasitas industri yang sudah ketinggalan zaman, yang memicu reli harga polisilikon dan komoditas lainnya baru-baru ini.