Bisnis.com, JAKARTA – Para pebisnis manufaktur optimistis tren kenaikan impor barang modal pada Juli Agustus akan diikuti oleh membaiknya kinerja industri pada akhir tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total impor mesin dan peralatan mekanik pada Juli-Agustus 2016 mencapai US$3,2 miliar. Impor barang modal tersebut berkontribusi hingga 18% terhadap total impor nasional.
Namun, tren impor pada Januari-Agustus 2016 mengalami penurunan 8,17% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menjelaskan tingginya impor barang modal pada periode Agustus menunjukkan tingginya investasi baru di sektor industri. Ditambah, kegiatan belanja kuartal III/2016 akan meningkat signifikan.
“Data itu inline dengan BKPM. Memang kalau dibilang untuk ekspansi bisa iya juga, tapi lebih mungkin kerena ada investasi baru, bukan dari ekapansi. Saya tidak yakin karena ekspansi karena pasarnya tidak naik, paling di bawah 10%,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (27/9/2016).
Dia optimistis dengan naiknya impor barang modal akan disambut positif oleh membaiknya kinerja industri manufaktur. “Pasti ada pengaruhnya, hanya target marketnya ke mana dulu, kalau ekspor itu bagus sekali tapi kalau lokal mungkin pasarnya berlum tumbuh berarti mereka belum bisa kontribusi karena overcapacity,” terangnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit turun menjadi 7,7% pada Juli 2016, padahal bulan sebelumnya mampu mencapai 8,9%. Hariyadi berpendapat industri banyak yang memanfaatkan dananya sendiri bagi keperluan.
Namun, hal itu tidak lantas memengaruhi investasi di sektor industri karena relisasi investasi kuartal II/2016 meraih Rp151,6 triliun, meningkat sebesar 12,3% bila dibandingkan dengan capaian periode yang sama pada 2015, Rp135,1 triliun.
Belanja mesin biasanya dilakukan untuk ekspansi kapasitas serta perbaruan alat dan sistem tiap lima tahun, sementara untuk mesin kecil setiap 1-2 tahun sekali.