Bisnis.com, PEKANBARU - Pemerintah Daerah selaku pemilik saham Badan Usaha Milik Daerah PT Riau Airlines meminta direksi dan komisaris memberikan kejelasan setelah maskapai tersebut tidak beroperasi selama 4 tahun.
Asisten II Sekretaris Daerah Provinsi Riau Masperi mengatakan pihaknya selaku pemilik saham tidak bisa mengintervensi sebelum direksi dan komisaris menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa.
"Hingga kini, RAL masih belum ada kejelasan. Kami minta direksi dan komisaris menggelar RUPS LB. Silahkan bahas, apa RAL lebih baik ditutup atau dilanjutkan," katanya, Kamis (20/10/2016).
Masperi mengatakan direksi harus membahas langkah bussiness to bussiness karena Pengadilan Negeri memutuskan bahwa RAL tidak pailit. Pemilik saham juga meminta RAL segera menyelesaikan utang ratusan miliar kepada pihak-pihak terkait.
RAL dinilai masih berpotensi untuk terbang ke sejumlah rute penerbangan perintis hingga ke beberapa provinsi, seperti Batam dan Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Namun, DPRD setempat tetap meminta RAL ditutup.
Kuasa Hukum Direksi RAL Irfan Ardiansyah berbeda pendapat. Irfan mengatakan RAL lebih baik diselamatkan dari pada ditutup. Penutupan hanya akan menimbulkan gejolak bagi para pemilik saham lain.
"Jika Pemprov Riau mau, RAL bisa diselamatkan. Caranya membentuk tim dan mencari investor. Kalau ditutup, nantinya akan menimbulkan gejolak. Karena banyaknya pemilik saham. Belum lagi hutang pajak yang mencapai Rp80 miliar dan hutang lainnya," katanya.
Namun, Association of the Tour and Travel Agency (ASITA) Riau sependapat dengan rekomendasi DPRD Riau untuk menutup Riau Airlines. Penasehat ASITA Riau Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa perusahaan milik Pemerintah Provinsi Riau itu lebih baik ditutup daripada diperjuangkan lagi.
Menurutnya, Pemerintah Provinsi Riau tidak mampu untuk mengembangkan perusahaan penerbangan."Saya setuju dengan DPRD. Lebih baik ditutup. ASITA sudah kehilangan kepercayaan. Pemerintah tidak mengerti soal penerbangan," katanya.
Hilangnya kepercayaan itu karena Perhimpunan pengusaha penjual tiket dan biro perjalanan Riau itu telah menanamkan uang Rp1 miliar kepada Direksi RAL. "Lebih baik ditutup saja. Uang ASITA ada di sana, sekitar Rp1 miliar," ungkapnya.
Menurutnya RAL tidak diperlukan lagi dalam transportasi udara. Saat ini, Pekanbaru mempunyai banyak rute baru penerbangan yang baru dibuka oleh maskapai lain.
RAL didirika pada 2008, sempat beroperasi selama beberapa tahun dengan menggunakan beberapa unit pesawat kecil jenis foker. Namun, maskapai itu merugi dan menumpukkan hutang. Pada tahun 2012, RAL tidak lagi beroperasi.