Bisnis.com, JAKARTA -- Pelaku usaha berharap dengan gencarnya pembangunan infrastruktur maka biaya logistkk bisa menurun 5% pada 2017.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menyatakan penurunan biaya logistik secara bertahap bisa diimplementasikan jika ada kerjasama antar pelaku usaha dan pemerintah.
"Penurunan biaya logistik bisa tercapai asal ada komitmen. Jangan pemerintah mengulang kesalahan yang sama," kata Yukki di Hotel Borobudur, Rabu (23/11).
Dia mengambil contoh, pembengkakan biaya logistik karena sejumlah kebijakan pemerintah yang kontraproduktif misalnya pelarangan operasionalisasi angkutan barang selama libur panjang hari raya.
"Kami hitung tahun ini saja dengan berbagai liburan, dan lead time kita yang sangat lama masa aktif bekerja cuma tujuh bulan," imbuhnya.
Misalnya, pada awal Januari 2016 saat panjangnya libur akhir tahun lalu pengusaha truk mengaku mengalami kerugian sekitar 25%.
Hal ini disebabkan oleh Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor 48/2015 yang melarang angkutan barang beroperasi pada masa Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Pelarangan tersebut berlaku sejak Rabu, 30 Desember 2015 sampai dengan Minggu, 3 Januari 2016.
Kerugian yang dialami pengusaha truk pada akhir tahun lalu diperkirakan sekitar Rp10 juta sampai Rp15 juta per truk. Sementara jumlah truk yang dilarang beroperasi sekitar 5,7 unit.
Dengan demikian, total kerugian perusahaan truk di Pulau Jawa ini sebesar Rp42 triliun.
Meskipun begitu, Yukki masih optimistis biaya logistik bisa menurun dengan pameran CeMAT, TransAsia Jakarta, dan ColdChain Indonesia 2017.
Tiga pameran itu diyakini bisa mendorong kerjasama antar negara dan mendorong efisiensi biaya logistik.
"Untuk prediksi jumlah transaksi yang bisa dicapai pada pameran itu saya belum bisa katakan, tetapi pasti angkanya sangat besar," jelas Yukki.