Bisnis.com, Jakarta—Bank Indonesia menilai pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini masih stabil di atas 5%, kendati inflasi diperkirakan melaju tinggi di kisaran 4%.
Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, mengatakan laju inflasi tidak menggerus konsumsi karena meningkatnya harga komoditas pada tahun ini dapat memperbaiki daya beli masyarakat, terutama yang tinggal di daerah penghasil komoditas seperti Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
Dia mengestimasi rata-rata kenaikan harga komoditas ekspor pada tahun ini bisa mencapai 7,8%. Pada Desember 2016, komoditas ekspor seperti bijih, kerak, dan abu logam mengalami peningkatan 29,19% dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas karet dan barang dari karet juga naik 14,81%.
“Masih stabil di atas 5% karena membaiknya harga komoditas dapat memperbaiki daya beli masyarakat terutama di daerah penghasil komoditas,” katanya, di Jakarta, Selasa (24/1/2017).
Seperti diketahui, laju pertumbuhan menurut wilayah/pulau pada kuartal III/2016 mengalami pertumbuhan 3,88% untuk Sumatra, 2,06% untuk Kalimantan, dan Sulawesi tumbuh 6,67%, serta Maluku dan Papua tumbuh 13,72%.
Amalia Adininggar Widyasanti, Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Bappenas,menuturkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun ini bisa mencapai 5,0%-5,2%. Menurutnya, kenaikan beberapa harga/jasa yang diatur pemerintah (administered prices) tidak signifikan mengurangi daya beli.
Untuk kenaikan pada pengurusan surat kendaraan bermotor, misalnya, dia memperhitungkan kontribusinya terhadap inflasi hanya 0,2%. Dia meyakini inflasi tahun ini bisa terjaga sesuai target pemerintah sebesar 4% +-1%.
“Proyeksi kami untuk 2017 inflasi adalah sebesar 4% +-1% dengan outlook pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,1%-5,3%,” ucapnya.