Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pariwisata berupaya untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan untuk membangun toilet yang layak, terutama yang berada di kawasan pariwisata.
World Economic Forum (Travel and Tourism Competitiveness Report) 2015 menyebutkan indikator kelemahan pariwisata Indonesia antara lain pada infrastruktur pariwisata, infrastruktur ICT, health and hygiene, dan aksesibilitas. Poin terakhir ini meliputi masalah konektivitas, kapasitas kursi dan penerbangan langsung.
Pasalnya, Kemenpar sendiri menargetkan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global akan berada di ranking 30 dunia pada 2019, dari posisi saat ini yang berada ranking 50 besar dunia.
“Toilet umum yang layak masih menjadi isu yang sedang diselesaikan karena masyarakat atau pelaku usaha pariwisata juga belum menyadari akan arti pentingnya toilet yang layak di daerah wisata,” kata Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Pariwisata Oneng Setya Harini di Jakarta, jumat (24/3/2017).
Untuk itu, Kemenpar dengan Asosiasi Toilet Indonesia, Kementerian LHK, dan Kementerian Perhubungan sepakat untuk segera menyelesaikan persoalan ini untuk mendukung pencapaian target kunjungan 275 wisatawan domestik dan 20 juta wisatawan asing pada 2019.
Menurutnya, penyelesaian pembangunan toilet yang layak dan renovasi menjadi toilet yang layak tidak harus bergantung kepada pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dengan kerja sama sejumlah perusahaan antara lain Toto, Roto-Rooter Plumbing Service, dan Paseo.
“Kami juga terlibat langsung dalam mengadakan Sayembara Desain Toilet Umum 2017. Lomba ini merupakan kerja sama lintas kementerian dengan Asosiasi Toilet Indonesia [ATI] dan Green Building Council Indonesia [GBCI],” tekannya.
Adapun, desain yang dilombakan terdiri dari enam kategori yakni terbagi dalam enam kategori yakni toilet umum di kawasan wisata pegunungan; kawasan wisata pantai, kawasan konservasi alam, toilet apung di penginapan atau homestay, toilet umum bandara UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara), dan toilet umum di pasar rakyat/tradisional.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) Naning Adiwoso mengungkapkan bahwa keberadaan toilet yang layak mencerminkan budaya dan kondisi ekonomi suatu bangsa.
Sejak 2002, ATI secara konsisten berkomunikasi dengan berbagai kementerian untuk mengkampanyekan penyediaan dan pemeliharaan toilet umum yang layak dan ramah lingkungan.
“Kami tahu bahwa ini bukanlah proses yang mudah karena upaya ini memerlukan waktu dua dekade untuk membangun karakter bangsa yang bersih dan dapat menghargai toiletnya,” tambahnya.