Bisnis.com, JAKARTA— Rata-rata pendapatan perusahaan-perusahaan otobus mengalami penurunan hingga 15% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengungkapkan, penurunan pendapatan yang dialami para pelaku usaha otobus salah satunya karena letak terminal di beberapa daerah cukup jauh dari pusat kota.
“Turun sekitar 15% dari kuartal yang sama dengan tahun lalu, terutama untuk Jakarta. Untuk wilayah Sumatera juga drop,” kata Kurnia, Jakarta, Senin (3/4/2017).
Dia mengatakan, penurunan pendapatan bus-bus yang beropeasional di Jakarta lantaran bus-bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dipaksa masuk ke terminal terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur.
Kondisi tersebut, paparnya membuat tingkat keterisian (load factor) penumpang bus-bus AKAP yang berada di terminal terpadu Pulo Gebang cukup rendah.
Saat ini, tegasnya, rata-rata tingkat keterisian penumpang bus-bus AKAP di terminal Pulo Gebang dengan rute Jakarta – Jawa Tengah – Jawa Timur hanya mencapai 30%.
Tidak hanya rute Jakarta - Jawa Tengah - Jawa Timur, dia mengungkapkan, rendahnya tingkat keterisian penumpang juga dialami bus - bus rute Jakarta - Sumatera.
Perusahaan – perusahaan otobus jurusan Jakarta – Sumatera kadang membatalkan perjalanan bus miliknya karena jumlah penumpang bus yang akan berangkat menuju Sumatera sangat sedikit.
Akses perjalanan menuju terminal terpadu Pulo Gebang yang sulit dan macet, paparnya membuat penumpang enggan menuju terminal dan memilih moda transportasi lainnya.
Menanggapi hal tersebut, Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia Ellen S.W. Tangkudung mengatakan, beberapa terminal bus AKAP di beberapa daerah memang tidak dipergunakan lantaran letaknya yang cukup jauh dari pusat kota.
Tidak hanya itu, terminal-terminal bus AKAP di daerah tidak digunakan karena tidak adanya angkutan pengumpan (feeder) yang menunjang terminal tersebut.
Sementara terkait dengan terminal terpadu Pulo Gebang, paparnya, pemerintah daerah harus menetapkan terminal-terminal yang ada di dalam kota dan digunakan sebagai alternatif bagi calon penumpang bus ditutup ditotal.
Pemerintah juga harus menyediakan angkutan pengumpan yang cukup efektif menuju terminal terpadu Pulo Gebang mengingat angkutan pengumpan yang ada saat ini belum efektif.
Dengan begitu, dia mengungkapkan, pendapatan perusahaan-perusahaan otobus tidak akan mengalami penurunan.
“Ini masih ada alternatif yang di dalam kota. Padahal, di Pulo Gebang itu sudah cukup bagus dengan fasilitas yang sangat bagus, mestinya penumpang mau. Cuma masalahnya penumpang banyak yang belum tahu dan banyak yang pergi ke Pulo Gadung,” katanya.
Pemerintah, dia mengungkapkan, sebenarnya dapat memanfaatkan Stasiun Cakung mengingat stasiun tersebut menghubungkan berbagai daerah di sekitar Jakarta dengan kereta.
Pemerintah, ungkapnya, bisa menyediakan angkutan pengumpan dari Stasiun Cakung menuju terminal Pulo Gebang.
Dengan begitu, masyarakat dapat menggunakan kereta menuju Stasiun Cakung. Kemudian, masyarakat dapat memanfaatkan angkutan pengumpan untuk menuju terminal Pulo Gebang setelah sampai di stasiun tersebut.
Selain itu, dia menuturkan, penurunan pendapatan yang dialami oleh para pelaku usaha angkutan umum bus juga lantaran masyarakat memiliki alternatif angkutan umum lain yang dapat memberikan pelayanan baik seperti kereta api.
Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat menggunakan moda transportasi pesawat ketika melakukan perjalanan jarak jauh. Terlebih, paparnya beberapa maskapai menerapkan tarif murah.
Oleh karena itu, angkutan umum bus harus memiliki kelebihan guna menarik minat masyarakat. Masyarakat, paparnya bisa lebih senang jika angkutan umum yang digunakannya dapat diandalkan seperti memiliki jadwal tetap dan pasti – bukan perkiraan.