Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang kawasan industri Tanah Air bergeliat ekspansi seiring meningkatnya minat relokasi pabrik dari sejumlah negara di tengah perang tarif global.
Kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap mitra dagang penyumbang defisit AS mendorong pabrikan di sejumlah negara mengatur ulang strategi ekspansinya.
Indonesia yang dikenai tarif sebesar 19%, relatif lebih rendah dibandingkan negara lain, menjadi magnet investasi pabrikan industri dari penanaman modal asing, terutama dari China yang dikenai tarif 30% oleh AS. Di sisi lain, Indonesia juga dinilai memiliki keunggulan potensi pasar yang besar mengingat Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara terpadat keempat di dunia.
Himpunan Kawasan Industri (HKI) mengklaim adanya peningkatan relokasi pabrik industri dari China dan sejumlah negara lainnya. Ketua Umum HKI Akhmad Ma’ruf Maulana mengatakan, tak hanya China, banyak pabrikan asal negara-negara lain seperti Jepang, Korea, Uni Eropa, hingga Amerika Serikat yang berminat mengalihkan produksinya ke Indonesia.
“Bukan hanya beli [lahan industri], tetapi ada yang sewa dan ini peningkatannya sangat luar biasa bahkan semua pemilik kawasan di seluruh Indonesia ekspansi,” jelas Ma’ruf kepada Bisnis, Minggu (24/8/2025).
Dia menerangkan, banyak pabrikan asing yang saat ini berminat membangun industri di luar Jawa, salah satunya di Kepulauan Riau. Bahkan, ekspansi kawasan industri di wilayah timur Indonesia juga tengah meningkat.
Baca Juga
Ma’ruf memerinci, minat relokasi datang dari pabrikan di sektor pengolahan baterai lithium, solar photovoltaic (PV), hilirisasi pasir silika, kosmetik, hingga farmasi.
“Untuk itu, kami butuh dukungan dari pemerintah mempermudah perizinan dari pemerintah pusat dan daerah karena ini momentum untuk tumbuhnya ekonomi Indonesia menuju 8%. Kami optimistis dan yakin kalau ini dipermudah akan tercapai target Presiden Prabowo Subianto,” tutur Ma'ruf.
Pengembang kawasan industri berharap pemerintah pusat dapat mempercepat harmonisasi regulasi dan penyederhanaan perizinan, sementara pemerintah daerah diharapkan memberikan dukungan infrastruktur dasar dan keamanan.
HKI siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam menarik lebih banyak investasi, menciptakan lapangan kerja. Dengan sinergi yang baik, percepatan perizinan, serta dukungan infrastruktur, kawasan industri dapat menjadi lokomotif nyata bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih tinggi dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, menurut Ma’ruf, ekspansi kawasan industri juga didorong pertumbuhan sektor manufaktur pada kuartal II/2025, sektor industri pengolahan nonmigas mencatat pertumbuhan sebesar 5,60% (year-on-year/yoy).
Angka tersebut dinilai lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,12% yoy. Secara lebih spesifik, subsektor industri makanan & minuman, logam dasar, serta kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh hingga 5,68%, mengukuhkan peran industri pengolahan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan minat investasi dari perusahaan asal China juga diamini oleh Direktur Utama PT Jababeka Tbk. (KIJA) Setyono Djuandi Darmono.
Darmono menuturkan, pihaknya mencatat peningkatan minat investasi perusahaan China di kawasan industri Jababeka bahkan telah terjadi sejak awal 2025.
"Sejak awal 2025 kami melihat kenaikan minat dan kunjungan dari perusahaan Tiongkok dan Asia Timur. Kebijakan tarif AS mendorong strategi China+1, sehingga Indonesia—termasuk Jababeka—menjadi tujuan relokasi," kata Darmono kepada Bisnis, Selasa (19/8/2025).
Darmono memerinci, mayoritas perusahaan yang mulai berencana melakukan ekspansi pengembangan pabrik di Indonesia itu berasal dari sektor energi, ekosistem kendaraan listrik, elektronik, hingga logistik.
Sejalan dengan hal itu, Darmono mengungkap pihaknya bakal menangkap peluang tersebut lewat berbagai proyek yang dimiliki. Dia mencontohkan, Jababeka Cikarang bakal ditransformasikan menjadi bagian dari metropolitan Jakarta untuk menarik minat investor.
Kemudian, proyek Kawasan Industri Jababeka di Kendal & Batang bakal dicanangkan untuk menarik investasi padat karya dan EV. Terlebih, area ini mendapat dukungan pemerintah dan infrastruktur KEK, serta daya tarik Jawa Tengah sebagai basis industri berbiaya kompetitif.
"Untuk proyek Tanjung Lesung, Jababeka mempersiapkan KEK Tanjung Lesung dengan dukungan pemerintah berupa pembangunan jalan tol 89 km yang hampir selesai, ditambah lapangan terbang perintis, menjadikan kawasan ini siap tumbuh sebagai destinasi wisata maritim internasional," ujarnya.
Terakhir, tambah Darmono, pihaknya juga akan menyiapkan proyek Morotai yang bakal dirancang menjadi logistic hub internasional untuk Indonesia Timur, dimulai dari sektor pariwisata dan perikanan tangkap sebelum masuk ke logistik skala besar.
"Jababeka kini bukan hanya kawasan industri di Cikarang, tapi ekosistem nasional Kendal–Batang untuk industri padat karya & EV, Cikarang jadi metropolitan modern kelas dunia, Tanjung Lesung untuk pariwisata maritim, dan Morotai menuju hub logistik internasional Indonesia Timur," katanya.
Prospek Cerah Penjualan Lahan Kawasan Industri
Konsultan Properti CBRE Indonesia memproyeksikan sektor bisnis kawasan industri Tanah Air akan dibanjiri oleh perusahaan asal China yang bergerak di sektor otomotif hingga tekstil.
Divisional President, India, Southeast Asia, Middle East & Africa CBRE Indonesia Anshuman Magazine menuturkan, pihaknya turut melihat adanya peningkatan permintaan lahan dari sektor perusahaan farmasi di beberapa kawasan industri di Indonesia.
"Jadi, saya pikir sektor otomotif adalah salah satunya, kemudian ada juga sektor farmasi di beberapa kawasan yang ada," kata Anshuman saat ditemui dalam media briefing di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Senada, Head of Real Estate Asia Konsultan Properti Turner & Townsend Sumit Mukherjee juga memproyeksi sektor manufaktur nasional bakal meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
Sumit mewanti-wanti potensi geliat pasar itu perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Mengingat, tambah dia, komponen kemantapan infrastruktur menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan para calon investor.
"Jadi tantangan yang kita lihat sekarang adalah bagaimana produk dari investor itu nantinya terdistribusi dengan baik. Bukan hanya di Jakarta, jika kita pergi ke Karawang, Cikarang tentu saja, fasilitas logistik sudah besar di sana. Tapi masalahnya adalah bagaimana saya bisa mengantarkan produk ke Toraja atau ke Balikpapan misalnya," ujarnya.
Untuk itu, dia mengatakan pemerintah juga perlu memantapkan ekosistem dan simpul-simpul logistik agar rencana ekspansi dari penanaman modal asing itu benar-benar bisa ditangkap di Indonesia.
"Karena tak semestinya investasi menumpuk di Jabodetabek mengingat pasar Cirebon, Tegal, Pekalongan ini juga besar. Sehingga, diperlukan simpul logistik yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah perusahaan asal China dikabarkan bakal segera memperluas bisnisnya ke Indonesia. Reuters dalam laporan bertajuk ‘Chinese Investors Eyeing Indonesia Avoid US Tariffs, Tap Local Market’ menyebut bahwa pendiri firma konsultan lahan industri di Jakarta, Gao Xiaoyu, menerima banyak permintaan dari perusahaan China untuk memperluas usaha ke Indonesia demi menghindari tarif tinggi dari AS.
“Kami cukup sibuk akhir-akhir ini. Kami rapat dari pagi hingga malam,” kata Gao, yang mendirikan perusahaannya PT Yard Zeal Indonesia.